Connect with us

Berita

Empat Penambang Emas Tradisional Meninggal Tertimbun Longsor di Gunung Mas

AKTUALITAS.ID – Empat penambang emas tradisional di Desa Sarerangan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor. Kapolsek Tewah Iptu Nanang Mauludi mengatakan, selain empat orang meninggal, seorang penambang lainnya mengalami luka-luka. “Yang meninggal dunia adalah Doni (22) dan Karlie (19), keduanya warga Desa Tanggirang, Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, serta Minarti […]

Published

pada

AKTUALITAS.ID – Empat penambang emas tradisional di Desa Sarerangan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor. Kapolsek Tewah Iptu Nanang Mauludi mengatakan, selain empat orang meninggal, seorang penambang lainnya mengalami luka-luka.

“Yang meninggal dunia adalah Doni (22) dan Karlie (19), keduanya warga Desa Tanggirang, Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, serta Minarti (50) dan Yupita (21), keduanya warga Sarerangan. Sedangkan yang mengalami luka adalah Sidi (55) warga Sarerangan,” katanya. Seperti dilansir Antara, Minggu (15/11/2020).

Peristiwa itu terjadi di daerah Sungai Kalewan pada Sabtu (14/11) sekitar pukul 13.00 WIB, di mana saat itu Doni tertimpa tanah longsor dan seluruh tubuhnya tertimbun tanah. Melihat hal itu, Sidi, Karlie, Minarti, dan Yupita bergegas menolong Doni.

Saat sedang menolong Doni, terjadi longsor susulan, sehingga menyebabkan kelima pekerja tersebut tertimbun tanah. Dari kelima pekerja, Sidi berhasil menyelamatkan diri ke luar dari timbunan tanah dan bergegas menuju permukiman warga Sarerangan untuk mencari pertolongan.

Sekitar pukul 14.00 WIB, warga langsung berangkat menuju tempat lokasi kejadian dan langsung menolong dengan alat seadanya. Sekitar pukul 15.00 WIB, empat korban tersebut berhasil dievakuasi namun sudah meninggal dunia.

“Jenazah mereka kemudian dibawa ke rumah masing-masing keluarga di Sarerangan,” katanya.

Dia mengatakan, informasi tersebut baru disampaikan oleh Kepala Desa Sarerangan Dinur, kepada anggota piket jaga Polsek Tewah melalui sambungan telepon pada Sabtu (14/11) malam, sekitar pukul 20.00 WIB.

Saat itu di wilayah Kecamatan Tewah sedang mengalami hujan sehingga tidak memungkinkan bagi anggota kepolisian untuk langsung mendatangi TKP. Terlebih, TKP hanya dapat ditempuh menggunakan kelotok, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar empat kilometer dari pinggir Sungai Kahayan.

“Anggota sedang memeriksa saksi-saksi, mengamankan barang bukti, melakukan olah TKP, dokumentasi, serta visum kepada para korban. Kejadian ini murni musibah,” ucap Kapolsek Tewah.

Trending

Exit mobile version