Polisi: 2 Terduga Teroris Tewas di Makassar Terlibat Perencanaan Bom Bunuh Diri di Filipina


Tim Densus 88 Mabes Polri

AKTUALITAS.ID – Dua terduga teroris di Makassar yang tewas di tangan tim Densus 88 Anti Teror Polri, Mohammad Rizaldy, (45) dan menantunya, Sanjai Ajiz, (22), dua Kali digagalkan berangkat ke Suriah.

Hal ini diungkap perwira Analis Kebijakan Utama Bidang Intelijen Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Polisi Ibnu Suhendra saat konferensi pers di aula Mappaouddang, Polda Sulsel, Kamis (7/1/2021).

“Keduanya sempat berencana ke Suriah namun berhasil digagalkan ke bandara Soekarno Hatta. Setelah dipulangkan ke Makassar, mereka rencana kembali ke Suriah. Tapi karena tidak bisa berangkat ke sana, akhirnya dua terduga teroris yang meninggal dunia ini akhirnya merencanakan akan lakukan bom bunuh diri sama dengan saudaranya yang di Jolo, Filipina Selatan,” terang Ibnu Suhendra.

Di kesempatan yang sama, Kapolda Sulsel, Irjen Polisi Merdysam menjelaskan, para terduga teroris jaringan JAD ini khususnya yang meninggal dunia ini adalah fasilitator pelarian Andi Baso, DPO kasus bom gereja Oukemene, Samarinda.

Juga terlibat dalam perencanaan bom gereja Hulu, Filiphina tahun 2019 oleh pasangan suami istri yakni Ulfa saudara kandung terduga teroris yang tewas, Mohammad Rizaldy.

Ditambahkan, 18 terduga teroris lainnya masing-masing Iwan yang saat ini dirawat di RS Bhayangkara karena luka tembak. Lalu lainnya berinisial Zf , Rm, MS, Ns, Ms, AA, AP, Ic, As, Hd, MF, Al, Bt, Hz, AA, RA dan HA.

“Kesemuanya diamankan dari lima titik di tiga daerah yakni di Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Enrekang,” ujarnya.

Irjen Polisi Merdysam juga satu persatu barang bukti yang disita saat penangkapan dan penggeledahan di rumah terduga teroris saat memback up tim Densus 88 Anti Teror Polri secara serentak di wilayah Sulsel.

Disebutkan, ada rangkaian bom, papan sasaran tembak, 6 pucuk senjata laras panjang jenis PCP, senjata tajam berupa parang, sangkur, badik, busur katapel dan anak busur, samurai. Lalu beberapa potong pakaian motif loreng, stiker “Laa Ilaha Illallah” dan buku-buku bersifat provokatif radikal.

“Ini merupakan rangkaian bom yang mereka persiapkan. Dan ini juga papan sasaran tembak yang mereka gunakan saat latihan menembak dan naik gunung atau Idad untuk persiapan penyerangan,” kata Merdysam.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>