Soal Gelombang Pengungsi Afghanistan, Turki Peringatkan Eropa


Ilustrasi, thinkstockphotos

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meminta Uni Eropa untuk tetap pada kesepakatan masa lalu terkait migran dan pengungsi serta bantuan untuk negara-negara tetangga, seiring kekhawatiran akan eksodus dari Afghanistan.

“Meningkatnya jumlah migran Afghanistan dapat menghadirkan tantangan serius bagi semua orang,” kata Erdogan dalam percakapan telepon dengan Kyriakos Mitsotakis, Perdana Menteri Yunani.

Athena sebelumnya mengatakan akan mengirim warga Afghanistan yang tiba di pantainya ke Turki, karena dianggap sebagai negara yang “aman” bagi para migran.

Menurut kesepakatan pada 2016 di mana migran “tak biasa” mendarat di Uni Eropa, maka mereka bisa dikirim kembali ke Turki dengan imbalan bantuan.

Berdasarkan aturan tersebut, Erdogan mendesak tetangganya tersebut untuk “dengan tulus memenuhi komitmen mereka”.

Ankara telah berulang kali menuding Brussel gagal mempertahankan kesepakatan tersebut.

Kini, dibayangi kekhawatiran lonjakan kedatangan warga Afghanistan, Erdogan mengatakan Brussel harus membantu negara-negara tetangga seperti Iran untuk menangani setiap gerakan eksodus baru.

“Gelombang migrasi baru tidak bisa dihindari bila tindakan yang diperlukan tidak diambil di Afghanistan dan di Iran,” kata Erdogan kepada Mitsotakis.

Erdogan menyebut Turki sempat menghubungi Iran dan memperketat keamanan perbatasan.

Pemerintah Yunani mengatakan dalam sebuah pernyataan, “kedua pemimpin membahas perlunya mendukung tetangga dekat (Afghanistan) sehingga warganya tinggal sedekat mungkin dengan rumah mereka”.

Usai Taliban mengambil alih Afghanistan, sejumlah pemimpin Eropa menyerukan langkah-langkah mencegah gelombang besar pengungsi terulang, seperti yang terjadi ketika konflik di Timur Tengah pada 2015.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>