Jokowi dan DPR Disarankan Hindari Pendekatan Politik Dalam Memilih Panglima TNI


Presiden Joko Widodo berpidato dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tahun 2021 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021). Sidang ini dilakukan secara luring dan daring dengan menghadirkan sejumlah tamu undangan. Adapun 60 undangan yang akan hadir secara fisik adalah presiden den wakil presiden, pimpinan MPR (10 orang), ketua fraksi/kelompok DPD (10 orang), pimpinan DPR (5 orang), ketua fraksi di DPR (9 orang), pimpinan DPD (4 orang), perwakilan subwilayah (4 orang) dan sisanya menyaksikan secara virtual. AKTUALITAS.ID/POOLAKURAT.CO/Sopian

AKTUALITAS.ID – Ketua Badan Pengurus Centra Initiative, Al Araf menyarankan Presiden Joko Widodo dan DPR menghindari pendekatan politik dalam memilih calon panglima TNI. Menurutnya pendekatan itu tidak baik untuk masa depan TNI.

Al Araf menilai, jika pendekatan ini digunakan, ada potensi Panglima TNI yang dipilih didasarkan pada kedekatan dengan presiden. Selain itu, ada juga kemungkinan kandidat terpilih punya utang politik sebelumnya dan meminta posisi tersebut sebagai imbalan.

“Kedekatan itu terkait dengan, ‘kami dulu ikut pemenangan sehingga kami boleh dong mendorong si A, B untuk panglima TNI’,” kata Al Araf dalam diskusi Pergantian Panglima TNI dan Transformasi TNI, Kamis (9/9).

“Belum juga partai politik, Parpol juga akan memengaruhi proses pergantian panglima. Dalam pendekatan politik akan terjadi intervensi-intervensi kekuatan politik di dalamnya,” imbuhnya.

Dia meminta agar Jokowi dan DPR menggunakan pendekatan substantif dalam memilih calon panglima TNI, yakni memilih calon yang bisa mendorong reformasi dan transformasi di tubuh TNI.

“Kalau pendekatan substantif ini dilakukan maka panglima TNI/presiden membutuhkan input yang cukup banyak dari lembaga lembaga,” kata dia.

Lembaga negara dimaksud oleh Al Araf seperti Komnas HAM, Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengetahui komitmen calon mengenai HAM dan pemberantasan korupsi dan ICW untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas.

Sebelumnya, muncul beberapa nama yang disebut-sebut berpotensi menggantikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang memasuki masa pensiun November 2021. Salah satunya adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa.

Andika disebut oleh beberapa anggota Komisi I DPR seperti Effendi Simbolon, dari Fraksi Gerindra Fadli Zon dan Fraksi Demokrat, Syarief Hasan juga mendukung langkah Andika menjadi panglima.

Kedua, Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono. Yudo dinilai punya potensi besar jika Presiden dan DPR menggunakan pendekatan normatif. Pendekatan itu mengacu pada Pasal 13 ayat (4) Undang-Undang TNI mengamanatkan jabatan panglima dijabat secara bergantian antarmatra.

Saat ini Panglima TNI dijabat Hadi Tjahjanto yang berasal dari TNI Angkatan Udara. Sebelumnya, Panglima TNI adalah Gatot Nurmantyo yang berasal dari Angkatan Darat dan Moeldoko yang dari Angkatan Darat. Maka berikutnya seharusnya dari TNI AL.

Selain Andika dan Yudo, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo juga masih memiliki peluang menggantikan Hadi sebagai Panglima TNI.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>