Si Rambut Putih, Capres Moncong Putih


Ilustrasi Capres Ganjar Pranowo. Foto:Kiki Budi Hartawan/AKTUALITAS.ID

MBAK Mega sudah memilih! Di Istana Batutulis, Bogor pada akhir April 2023 lalu, Ketum Moncong Putih telah memilih si ‘rambut putih’ untuk dicapreskan dalam kontestasi pilpres 2024.

Tidak mengejutkan karena Mas Ganjar memang sudah lama jadi bahan ‘obrolan’ kader PDIP sebagai figur yang punya nilai jual untuk dicapreskan. Terpilihnya Ganjar sontak jadi trending topik dan jadi pergunjingan nasional. Kasak-kusuk tentang siapa Ganjar dan kenapa dia yang dielus-elus Mega langsung riuh.

Siapa Ganjar? Dia pernah mencicipi kursi DPR pada 2004 dan kembali terpilih pada 2008. Kemudian memenangkan kursi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode sejak 2013 hingga sekarang. Ini tentu jadi modal yang bisa dijual. Potret seorang politisi yang berdedikasi dan telah teruji kemampuannya.

Lama jadi anggota partai memungkinnya memiliki segudang pengalaman dan pemahaman yang cukup memadai tentang kebutuhan rakyat. Sebagai seorang petugas partai, Ganjar telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang ‘peduli’.
Ia pun telah bekerja keras untuk memperkuat partainya dan membangun jejaring yang luas dengan anggota partai di seluruh negeri. Keterlibatannya yang aktif dalam partai membuatnya menjadi sosok yang dikenal dan dihormati.

Pengalaman Ganjar dalam posisi sebagai seorang eksekutif, sepertnya menjadi nilai plus. Tanggung jawab dan tuntutan peran eksekutif telah sepuluh tahun dijalaninya sehingga dia punya keahlian manajerial yang mumpuni. Ini fakta dan tidak bisa dipungkiri dong.

Kelebihan si ‘Rambut Putih’ ini pasti akan dijadikan kampanye massif dan didengungkan ke seantero negeri untuk mencuri hati rakyat. Dan para ‘Ganjaris’ pun sepakat bahwa Ganjar memang layak dielus-elus si ‘Moncong Putih’ karena pengalamannya itu.

Namanya pergulatan politik,soal pencapresan Ganjar pun begitu juga. Banyak yang mengangguk-angguk setuju, tapi juga tak sedikit yang bersuara miring dan bahkan menafikannya. itu sah-sah saja.

Katanya, Ganjar ini punya beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan, misalnya keterikatan dengan partai. Sebagai seorang petugas partai yang telah lama berkarir di dalamnya, Ganjar mungkin memiliki keterikatan yang kuat dengan partainya.

Hal ini bisa menyebabkan keputusan dan tindakannya cenderung dipengaruhi oleh kepentingan partai tersebut daripada kepentingan nasional secara keseluruhan.
Kurangnya pengalaman nasional.

Meskipun Ganjar memiliki pengalaman politik yang luas, terutama di tingkat daerah, tapi pengalaman nasionalnya bisa dibilang belum terbaca. Pemahaman dan pengetahuannya tentang isu-isu yang melibatkan seluruh negara, termasuk politik luar negeri dan masalah nasional yang kompleks, mungkin belum sebanding dengan calon lain yang memiliki pengalaman nasional yang lebih kaya.

Ketergantungan Pada Jejaring Partai

Sebagai petugas partai, Ganjar sangat tergantung pada dukungan dan kerja sama dari anggota partai lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan politiknya dan mengurangi kemandirian dalam mengambil keputusan yang mungkin bertentangan dengan kepentingan partai atau kelompok tertentu di dalamnya.

Belum lagi dengan adanya kontroversi yang menyeret nama Ganjar atas keputusan atau tindakan selama jadi gubernur. Hal ini dapat jadi sumber potensi keraguan atau ketidakpercayaan dari sebagian masyarakat.

Pembangunan infrastruktur Jawa Tengah di masa Ganjar dinilai lambat. Beberapa proyek pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya dilaporkan mengalami penundaan atau tidak selesai tepat waktu.
Beberapa pihak juga mengkritik Ganjar dalam menangani isu-isu lingkungan di Jawa Tengah. Ada keprihatinan mengenai deforestasi, perambahan hutan, dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak efektif.

Beberapa pengamat dan aktivis mengkritik kurangnya transparansi dalam pengelolaan anggaran dan kebijakan pemerintah Jawa Tengah di bawah Ganjar. Informasi yang lebih terbuka dan aksesibilitas terhadap data publik dianggap perlu ditingkatkan.

Ganjar berupaya keras meningkatkan perekonomian di Jawa Tengah? Iya, pasti. Tapi beberapa pengkritik menyentil masalah pengangguran yang tinggi dan ketimpangan sosial di beberapa wilayah. Program penanggulangan kemiskinan dan pengentasan pengangguran dianggap belum optimal.

Kira-kira begitulah. Ada pro pasti ada kontra, ada hitam ada putih, ada baik ada buruk, ada kelemahan pasti ada kelebihan. Siapa pun capresnya pasti akan dikuliti tanpa ampun. Pura-puranya, kita sedang menguji kedewasaan demokrasi, bung. Jadi jangan gampang spaneng sama kritik. [Samsu]

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>