Wapres AS Tolak Pemindahan Paksa Pengungsi Palestina ke Luar Gaza


Wakil Presiden AS dari Partai Demokrat Kamala Harris. (Bloomberg)

AKTUALITAS.ID – Wakil Presiden Kamala Harris menyatakan pada hari Sabtu (2/12) bahwa Amerika Serikat dengan keras menentang relokasi paksa penduduk Gaza ke luar daerah Enklave Palestina ketika Israel melanjutkan pemboman ke wilayah Gaza.

Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Dubai, para pejabat mengatakan Harris dengan tegas menolak gagasan untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir atau ke kamp-kamp pengungsi di tempat lain, dan ia menyampaikan pernyataan terkuatnya hingga saat ini yang mendesak Israel untuk mengurangi jumlah pengungsi dan kerugian bagi warga sipil akibat serangan udara dan daratnya.

“Wakil presiden menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat,” demikian pernyataan Gedung Putih seperti dikutip The New York Times.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang di Jalur Gaza tak akan berhenti hingga berhasil “menumpas” kelompok Hamas.

Netanyahu mengklaim upaya diplomatik berhasil membuat sandera Israel dibebaskan oleh Hamas. Hal itu di luar upaya yang menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan Gaza.

“(Perang) akan terus berlanjut sampai kita mencapai semua tujuan kita, yaitu mendapatkan kembali para sandera dan melenyapkan Hamas,” jelas Netanyahu saat konferensi pers pada Sabtu (2/12) waktu setempat, dikutip dari Al Jazeera.

“Operasi darat diperlukan utnuk mencapai tujuan yang disebutkan sebelumnya,” imbuh dia.

Netanyahu kukuh bahwa pasukan militer Israel tak melanggar peraturan hukum internasional saat melancarkan agresi di Gaza.

Padahal, Israel terang-terangan melakukan pelanggaran hukum internasional. Terdapat setidaknya tiga hukum internasional yang dilanggar Israel selama agresi ini.

Mereka menyerang warga sipil hingga korban jiwa yang berjatuhan mencapai lebih dari 15 ribu sejak agresi dimulai pada 7 Oktober lalu. Selain itu, Israel juga menyandera, memblokir kebutuhan dasar, pemindahan paksa warga sipil, hingga menyerang rumah sakit dan tempat ibadah.

Adapun menurut Netanyahu, ini merupakan perang jangka panjang yang pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihaknya.

Lebih lanjut, Israel dan Hamas tidak menemui kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga berakhir pada Jumat (1/12).

Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, sepakat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang hingga dua kali.

Dalam periode gencatan senjata yang berlangsung selama sepekan itu, Netanyahu mengatakan pasukan militernya menghabiskan waktu untuk melanjutkan agresinya di Gaza.

Setelah gencatan senjata berakhir, sejauh ini dilaporkan lebih dari 180 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka usai Israel kembali menyerang Gaza. Sementara itu, total korban jiwa setelah agresi Israel dimulai pada 7 Oktober lalu mencapai lebih dari 15 ribu yang didominasi perempuan dan anak-anak. (RAFI)

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>