Connect with us

Berita

Warga Terdampak Longsor di Latimojong Tolak Relokasi ke Luar Kecamatan

Published

on

AKTUALITAS ID – Warga Kecamatan Latimojong yang terdampak bencana tanah longsor menolak rencana relokasi ke tempat yang lebih aman di luar kecamatan tersebut. Longsor yang terjadi pada Jumat (3/5/2024) di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, menimbun delapan orang dan menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan warga di masa depan.

Camat Latimojong, Nur Agam, mengungkapkan bahwa warga hanya ingin direlokasi ke wilayah yang masih berada dalam Kecamatan Latimojong. 

“Untuk masyarakat di sini yang berada di Latimojong hanya menginginkan relokasi yang berada di wilayahnya. Mereka tidak mau keluar dari Kecamatan Latimojong,” kata Nur Agam pada Minggu (26/5/2024).

Nur Agam menjelaskan alasan penolakan warga, yakni keterikatan mereka dengan kondisi alam setempat. “Kalau mereka direlokasi ke luar wilayah Latimojong pasti bakalan kembali, karena masyarakat di sini sudah menyatu dengan alam,” tambahnya.

Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Bahtiar Baharuddin, sebelumnya telah mengidentifikasi Kabupaten Sidrap, Luwu, dan Wajo sebagai wilayah yang paling parah terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor. 

“Ada enam kabupaten terdampak banjir bandang dan longsor. Pinrang, Enrekang, Sidrap, Wajo, Luwu, dan Sinjai. Tiga daerah yang agak parah, yaitu Kabupaten Sidrap, Luwu, dan Wajo,” ujarnya saat mengunjungi posko terpadu di Pasar Siwa, Kabupaten Wajo, Sulsel, Sabtu (4/5/2024).

Bencana longsor dan banjir bandang yang melanda Sulawesi Selatan mengakibatkan kerugian material yang besar serta mengancam keselamatan ribuan jiwa. Upaya penanganan darurat dan relokasi warga terus diintensifkan oleh pemerintah daerah dan pusat.

Namun, dengan adanya penolakan dari warga Latimojong untuk direlokasi ke luar kecamatan, pemerintah setempat perlu mencari solusi alternatif yang dapat menjamin keselamatan sekaligus memenuhi keinginan warga yang ingin tetap berada di wilayahnya. 

Pendekatan yang mengedepankan dialog dan pemahaman akan budaya serta kebiasaan lokal diharapkan dapat membantu menemukan titik tengah dalam penanganan bencana ini. (YAN KUSUMA/RAFI)

Trending