Connect with us

EKBIS

Rupiah Melemah ke Rp 16.710 Jelang Rilis Data PDB Kuartal III-2025

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah dibuka melemah 0,09% ke level Rp 16.710 per dolar AS pada perdagangan Rabu (5/11/2025). Pelemahan ini terjadi di tengah sikap wait and see pelaku pasar menantikan rilis data Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal III-2025.

Berdasarkan data Refinitiv, depresiasi rupiah pagi ini melanjutkan tren negatif dari penutupan perdagangan Selasa (4/11/2025), di mana mata uang Garuda juga ditutup melemah 0,27% di level Rp 16.695 per dolar AS.

Pelemahan rupiah dibayangi oleh dua sentimen utama: faktor domestik berupa antisipasi data PDB dan faktor eksternal dari penguatan dolar AS.

Fokus utama pasar hari ini tertuju pada pengumuman data PDB kuartal III-2025 yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 11.00 WIB.

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, 13 institusi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01% secara tahunan (yoy) dan 1,40% secara kuartalan (qtq).

“Angka proyeksi ini sedikit lebih rendah dibandingkan capaian kuartal II-2025 yang sebesar 5,12% (yoy), namun masih menunjukkan resiliensi permintaan domestik,” tulis laporan tersebut.

Dari sisi eksternal, tekanan datang dari perkasanya dolar AS. Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya, memang melemah tipis 0,14% pagi ini di level 100,09.

Meski demikian, DXY sejatinya sedang dalam reli kenaikan. Kemarin, indeks ditutup menguat 0,35% di level 100,224, yang menandai level terkuatnya dalam tiga bulan terakhir.

Penguatan dolar AS didorong oleh meningkatnya ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed (Bank Sentral AS).

Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga 25 basis poin pekan lalu, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa keputusan tersebut tidak otomatis berarti pelonggaran lebih lanjut.

“Kondisi ini membuat imbal hasil (yield) obligasi AS bertahan tinggi, sehingga menjaga daya tarik aset berdenominasi dolar dan menekan mata uang emerging market seperti rupiah,” tutup analisis tersebut. (Firmansyah/Mun)

TRENDING

Exit mobile version