Connect with us

EKBIS

Nilai Tukar Rupiah Melemah di Senin Pagi, Dolar AS Menguat

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada pembukaan perdagangan Senin pagi, (24/11/2025), terpantau berada di sekitar Rp16.700 per USD menurut data pasar pagi ini. Pelemahan awal ini merupakan reaksi pasar terhadap kombinasi sentimen global dan domestik setelah mata uang domestik sempat menunjukkan pergerakan menguat pada sesi sebelumnyaCNBC Indonesia.

Pergerakan rupiah di awal pekan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, keputusan Bank Indonesia (BI) yang memilih mempertahankan suku bunga acuan memberikan sinyal stabilitas kebijakan moneter untuk menopang nilai tukar dan menahan arus modal keluar. Kebijakan ini diharapkan menjaga daya tarik imbal hasil domestik dan memberi kepastian bagi investor lokal dan asing.

Kedua, sentimen global masih didominasi oleh ketidakpastian arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed). Probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan Desember diperkirakan meningkat signifikan dalam beberapa indikator pasar, dan ekspektasi pelonggaran moneter di AS menjadi salah satu faktor yang mendorong penguatan dolar terhadap sejumlah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Dinamika pasar keuangan global juga mencerminkan respons investor terhadap data ekonomi yang akan dirilis dari beberapa negara besar serta komentar pejabat bank sentral yang berpotensi mempengaruhi ekspektasi suku bunga. Dalam suasana seperti ini, pelaku pasar cenderung berhati‑hati dan memonitor data makro serta komunikasi kebijakan moneter dari AS dan negara utama lainnya.

Untuk strategi pasar jangka pendek, pengamat menilai rupiah akan tetap rentan terhadap volatilitas global dan arus modal. Tekanan ke bawah pada rupiah dapat mereda jika sentimen domestik membaik atau jika ada sinyal yang lebih jelas mengenai jadwal pemangkasan suku bunga The Fed. Sebaliknya, penguatan dolar atau berita makro negatif dari dalam negeri berpotensi memperpanjang fase pelemahan.

Investor dan pelaku korporasi disarankan memantau pengumuman BI, rilis data ekonomi global, serta notulen pertemuan bank sentral sebagai acuan pengelolaan risiko nilai tukar dan penentuan strategi lindung nilai di periode mendatang. (Firmansyah/Mun)

TRENDING

Exit mobile version