Connect with us

Oase

Makna Malam Satu Suro dalam Tradisi Islam dan Jawa: Perenungan dan Spiritualitas

Published

on

AKTUALITAS.ID – Malam Satu Suro, yang jatuh pada malam pertama bulan Muharram dalam kalender Islam, memiliki makna dan nilai penting bagi umat Islam di berbagai belahan dunia. Tradisi ini, khususnya dalam budaya Jawa, sering kali dikaitkan dengan berbagai ritual dan kepercayaan yang khas. Namun, dari perspektif Islam, makna Malam Satu Suro lebih berfokus pada perenungan dan spiritualitas yang mendalam.

Muharram adalah salah satu dari empat bulan suci dalam Islam, bersama dengan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian khusus pada bulan ini dan mengajarkan kepada umatnya mengenai keutamaan-keutamaannya.

Salah satu hadits yang sering dijadikan rujukan adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa bulan Muharram memiliki keistimewaan tersendiri, terutama dalam hal puasa sunnah. Puasa pada bulan Muharram, terutama pada hari Asyura (10 Muharram), sangat dianjurkan karena memiliki banyak keutamaan dan dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.

Malam Satu Suro bagi umat Islam adalah saat yang tepat untuk memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai ibadah, seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Quran. Selain itu, ini adalah waktu yang baik untuk merenungkan perjalanan hidup, memperbaiki diri, dan berdoa agar diberikan kekuatan dan petunjuk dalam menjalani tahun baru hijriyah.

Dalam tradisi Islam, Malam Satu Suro juga bisa dimaknai sebagai waktu untuk memperingati peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yang menjadi awal mula penanggalan kalender hijriyah.

Di Jawa, Malam Satu Suro sering kali dikaitkan dengan berbagai ritual tradisional yang unik. Masyarakat Jawa memiliki berbagai kegiatan untuk menyambut malam ini, seperti tirakatan, yaitu malam diisi dengan doa dan perenungan, serta membersihkan benda-benda pusaka. Walaupun praktik-praktik ini memiliki unsur budaya yang kuat, esensi dari Malam Satu Suro tetaplah berakar pada spiritualitas dan introspeksi.

Maka dapat disimpulkan, bahwa Malam Satu Suro memiliki arti yang mendalam bagi umat Islam, bukan hanya dalam konteks tradisi lokal, tetapi juga dalam perspektif ajaran agama yang lebih luas. Melalui hadits dan praktik ibadah yang dianjurkan, malam ini menjadi kesempatan untuk introspeksi, memperbaiki diri, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT.

Sebagai bagian dari bulan Muharram yang penuh berkah, Malam Satu Suro seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencapai ketenangan batin dan keberkahan hidup. Tradisi Jawa menambahkan lapisan budaya yang kaya, namun tetap selaras dengan makna spiritual dari bulan suci Muharram. (YAN KUSUMA/RAFI)

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending