Connect with us

OASE

Keutamaan Surat Al-Mujadalah: Jaminan Selamat dari Siksa, Penyembuh Penyakit, dan Diangkat Derajatnya

Aktualitas.id -

Surat Al-Mujadalah, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Surat Al-Mujadalah, yang berarti ‘perempuan yang mengajukan gugatan’, adalah surat ke-58 dalam Al-Qur’an. Terdiri dari 22 ayat, surat ini tergolong Madaniyyah dan diturunkan setelah Surat Al-Munafiqun.

Nama Al-Mujadalah diambil langsung dari kisah pada ayat pertama, di mana Allah SWT mendengar percakapan seorang wanita yang mengadukan perihal suaminya kepada Rasulullah SAW.

Tak hanya kaya akan pelajaran sejarah dan hukum, surat ini juga menyimpan berbagai keutamaan luar biasa bagi siapa saja yang membaca dan mengamalkannya.

Berikut adalah rangkuman lengkap mengenai kandungan, keutamaan, serta bacaan Surat Al-Mujadalah ayat 1-22.

Kandungan Pokok Surat Al-Mujadalah

Surat Al-Mujadalah sarat dengan pesan moral, hukum, dan adab sosial bagi umat Muslim. Beberapa kandungan utamanya meliputi:

Penjelasan Hukum Zihar: Surat ini menguraikan hukum zihar (ketika suami menyamakan istrinya dengan ibunya) dan menetapkan sanksi atau kafarat bagi mereka yang menarik kembali ucapannya.

Adab dalam Majelis: Ayat 11 secara khusus menerangkan pentingnya menjaga adab dan sopan santun dalam suatu pertemuan, yakni dengan saling memberi kelapangan. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.

Larangan Menjadikan Musuh Allah Sebagai Teman: Surat ini menegaskan batasan loyalitas seorang mukmin, yakni untuk tidak berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka adalah kerabat sendiri.

Adab Kepada Rasulullah SAW: Menjelaskan etika dan adab saat hendak melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah SAW.

    Keutamaan Luar Biasa bagi Pembaca

    Membaca dan merenungkan Surat Al-Mujadalah diyakini dapat mendatangkan berbagai manfaat dan fadhilah. Berdasarkan hadis dan tafsir, berikut beberapa keutamaannya:

    1 – Diselamatkan dari Siksa dan Keburukan: Umat Muslim yang rutin membaca Surat Al-Mujadalah dipercaya akan diselamatkan dari siksa Allah SWT dan dijauhkan dari berbagai keburukan.

    2 – Termasuk Golongan Orang Beruntung: Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Al-Mujadilah), maka Allah akan mengampuninya termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung…” (Tafsir Al Burhan, Juz 7: 467).

    3 – Menjadi Penyembuh (Syifa): Dalam riwayat yang sama, disebutkan bahwa jika surat ini ditulis dan dikalungkan kepada orang sakit, atau dibacakan kepadanya, maka penyakitnya akan reda atau sembuh atas izin Allah.

    4 – Memberi Keamanan di Perjalanan dan Harta Benda: Imam Ash-Shaddiq berkata, “Dan ketika membacanya secara istiqamah, di malam dan siang hari, maka ia akan aman di setiap jalan (saat bepergian). Dan jika ia dibaca atas sesuatu yang disimpan, atau dipendam, maka akan aman sampai pemiliknya mengeluarkannya.” (Tafsir Al Burhan, Juz 7: 467).

    Bacaan Surat Al-Mujadalah Ayat 1-22 (Arab, Latin, dan Arti)

    Berikut adalah bacaan lengkap 22 ayat Surat Al-Mujadalah beserta tulisan Arab, Latin, dan terjemahan bahasa Indonesianya.

    Ayat 1: قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعَ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
    qad sami’allāhu qaulallatī tujādiluka fī zaujihā wa tasytakī ilallāhi wallāhu yasma’u taḥāwurakumā, innallāha samī’um baṣīr

    “Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”

    Ayat 2: اَلَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ مَّا هُنَّ اُمَّهٰتِهِمْۗ اِنْ اُمَّهٰتُهُمْ اِلَّا الّٰۤـِٔيْ وَلَدْنَهُمْۗ وَاِنَّهُمْ لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مِّنَ الْقَوْلِ وَزُوْرًاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ
    allażīna yuẓāhirụna mingkum min nisāihim mā hunna ummahātihim, in ummahātuhum illal-lāī waladnahum, wa innahum layaqụlụna mungkaram minal-qauli wazụrā, wa innallāha la’afuwwun gafụr

    “Orang-orang di antara kamu yang menzihar istrinya… mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.”

    Ayat 3: وَالَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ ذٰلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهٖۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
    wallażīna yuẓāhirụna min nisā`ihim ṡumma ya’ụdụna limā qālụ fa taḥrīru raqabatim ming qabli ay yatamāssā, żālikum tụ’aẓụna bih, wallāhu bimā ta’malụna khabīr

    “Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali… maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur…”

    Ayat 4: فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَاِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًاۗ…
    fa mal lam yajid fa ṣiyāmu syahraini mutatābi’aini ming qabli ay yatamāssā, fa mal lam yastaṭi’ fa iṭ’āmu sittīna miskīnā…

    “Maka barangsiapa tidak dapat… maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut… Tetapi barangsiapa tidak mampu, maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin…”

    Ayat 5: اِنَّ الَّذِيْنَ يُحَاۤدُّوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ كُبِتُوْا كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَقَدْ اَنْزَلْنَآ اٰيٰتٍۢ بَيِّnٰtٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌۚ
    innallażīna yuḥāddụnallāha wa rasụlahụ kubitụ kamā kubitallażīna ming qablihim wa qad anzalnā āyātim bayyināt, wa lil-kāfirīna ‘ażābum muhīn

    “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan… Dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang menghinakan.”

    Ayat 6: يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ اَحْصٰىهُ اللّٰهُ وَنَسُوْهُۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
    yauma yab’aṡuhumullāhu jamī’an fa yunabbiuhum bimā ‘amilụ, aḥṣāhullāhu wa nasụh, wallāhu ‘alā kulli syaiin syahīd

    “Pada hari itu mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya… Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”

    Ayat 7: اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ…
    a lam tara annallāha ya’lamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, mā yakụnu min najwā ṡalāṡatin illā huwa rābi’uhum…

    “Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya…”

    Ayat 8: اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوٰى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَيَتَنٰجَوْنَ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِۖ…
    a lam tara ilallażīna nuhụ ‘anin-najwā ṡumma ya’ụdụna limā nuhụ ‘an-hu wa yatanājauna bil-iṡmi wal-‘udwāni wa ma’ṣiyatir-rasụl…

    “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu…”

    Ayat 9: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۗ…
    yā ayyuhallażīna āmanū iżā tanājaitum fa lā tatanājau bil-iṡmi wal-‘udwāni wa ma’ṣiyatir-rasụli wa tanājau bil-birri wat-taqwā…

    “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa… Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan takwa…”

    Ayat 10: اِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْzُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَيْسَ بِضَاۤrِّهِمْ شَيْـًٔا اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ…
    innaman-najwā minasy-syaiṭāni liyaḥzunallażīna āmanụ wa laisa biḍārrihim syaian illā biiżnillāh…

    “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati…”

    Ayat 11: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُzُوْا فَانْشُzُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰtٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
    yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt, wallāhu bimā ta’malụna khabīr

    “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu… niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…”

    Ayat 12: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُوْلَ فَقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقَةً ۗ…
    yā ayyuhallażīna āmanū iżā nājaitumur-rasụla fa qaddimụ baina yadai najwākum ṣadaqah…

    “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu…”

    Ayat 13: ءَاَشْفَقْتُمْ اَنْ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقٰtٍۗ فَاِذْ لَمْ تَfْعَلُوْا وَتَابَ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ…
    a asyfaqtum an tuqaddimụ baina yadai najwākum ṣadaqāt, fa iż lam taf’alụ wa tāballāhu ‘alaikum fa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta…

    “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah… Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat…”

    Ayat 14: اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْۗ مَا هُمْ مِّنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْۙ وَيَحْلِfُوْنَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُوْnَ
    a lam tara ilallażīna tawallau qauman gaḍiballāhu ‘alaihim, mā hum mingkum wa lā min-hum wa yaḥlifụna ‘alal-każibi wa hum ya’lamụn

    “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat?…”

    Ayat 15: اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًاۗ اِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْnَ
    a’addallāhu lahum ‘ażāban syadīdā, innahum sā`a mā kānụ ya’malụn

    “Allah telah menyediakan azab yang sangat keras bagi mereka. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.”

    Ayat 16: اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ
    ittakhażū aimānahum junnatan fa ṣaddụ ‘an sabīlillāhi fa lahum ‘ażābum muhīn

    “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah; maka bagi mereka azab yang menghinakan.”

    Ayat 17: لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْnَ
    lan tugniya ‘an-hum amwāluhum wa lā aulāduhum minallāhi syaiā, ulāika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn

    “Harta benda dan anak-anak mereka tidak berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

    Ayat 18: يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِfُوْنَ لَهٗ كَمَا يَحْلِfُوْنَ لَكُمْ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ عَلٰى شَيْءٍۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْكٰذِبُوْnَ
    yauma yab’aṡuhumullāhu jamī’an fa yaḥlifụna lahụ kamā yaḥlifụna lakum wa yaḥsabụna annahum ‘alā syaī`, alā innahum humul-kāżibụn

    “(Ingatlah) pada hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya… Ketahuilah, bahwa mereka orang-orang pendusta.”

    Ayat 19: اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰnُ فَاَنْsٰىهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ حِzْبُ الشَّيْطٰnِۗ اَلَآ اِنَّ حِzْبَ الشَّيْطٰnِ هُمُ الْخٰسِرُوْnَ
    istaḥważa ‘alaihimusy-syaiṭānu fa ansāhum żikrallāh, ulā`ika ḥizbusy-syaiṭān, alā inna ḥizbasy-syaiṭāni humul-khāsirụn

    “Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi.”

    Ayat 20: اِنَّ الَّذِيْنَ يُحَاۤدُّوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اُولٰۤىِٕكَ فِى الْاَذَلِّيْنَ
    innallażīna yuḥāddụnallāha wa rasụlahū ulā`ika fil-ażallīn

    “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.”

    Ayat 21: كَتَبَ اللّٰهُ لَاَغْلِبَنَّ اَنَا۠ وَرُسُلِيْۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَzِيْzٌ
    kataballāhu la`aglibanna ana wa rusulī, innallāha qawiyyun ‘azīz
    “Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.”

    Ayat 22: لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْnَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْmِ الْاٰخِرِ يُوَاۤدُّوْنَ مَنْ حَاۤدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَانُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ… اُولٰۤىِٕكَ حِzْبُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ حِzْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُfْلِحُوْnَ
    lā tajidu qaumay yuminụna billāhi wal-yaumil-ākhiri yuwāddụna man ḥāddallāha wa rasụlahụ walau kānū ābāahum… ulā`ika ḥizbullāh, alā inna ḥizballāhi humul-mufliḥụn

    “Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya… Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (Mun)

    Continue Reading

    TRENDING

    Exit mobile version