Connect with us

OASE

Keutamaan Surat Al Kautsar: Kunci Syukur di Balik Nikmat yang Tak Terhitung

Aktualitas.id -

Surat Al Kautsar, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Surat Al Kautsar merupakan salah satu surat terpendek dalam Al-Qur’an, namun menyimpan makna yang sangat dalam. Surat ini menjadi bahan renungan yang relevan di bulan Ramadan karena berbicara tentang nikmat yang banyak, perintah bersyukur, serta kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
(QS. Al Kautsar: 1–3)

Al Kautsar: Nikmat Besar untuk Rasulullah

Ayat pertama Surat Al Kautsar menegaskan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam nikmat yang banyak. Mayoritas ulama tafsir menjelaskan bahwa Al Kautsar adalah sungai di surga yang dijanjikan khusus bagi Rasulullah, sekaligus telaga yang akan didatangi umat beliau pada hari kiamat.

Dalam hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa Al Kautsar adalah sungai dengan kebaikan yang sangat melimpah. Telaga tersebut memiliki bejana sebanyak bintang di langit, namun tidak semua orang dapat meminumnya karena ada yang melakukan penyimpangan setelah beliau wafat.

Beragam Makna Al Kautsar Menurut Ulama

Para ulama tafsir memberikan penjelasan luas tentang makna Al Kautsar, di antaranya:

Sungai di surga, sebagaimana pendapat jumhur ulama

Kebaikan yang banyak, menurut Ibnu ‘Abbas

Ilmu dan Al-Qur’an, menurut Al Hasan Al Bashri

Kenabian, menurut ‘Ikrimah

Telaga Rasulullah, menurut ‘Atho’

Banyaknya umat dan pengikut, menurut Abu Bakr bin ‘Iyasy

Semua pendapat ini saling melengkapi dan menunjukkan luasnya nikmat yang Allah berikan kepada Rasul-Nya.

Nikmat Harus Dibalas dengan Syukur

Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang besar tersebut, Allah memerintahkan:

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.”

Syaikh Musthofa Al ‘Adawy menjelaskan bahwa fitrah manusia yang sehat akan membalas nikmat dengan syukur. Syukur itu diwujudkan melalui shalat yang ikhlas dan ibadah qurban yang hanya ditujukan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya.

Perintah ini juga menjadi penegasan untuk menyelisihi praktik kaum musyrikin yang melakukan ibadah kepada selain Allah. Islam menekankan tauhid murni, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al An’am ayat 162–163.

Shalat dan Qurban Hanya untuk Allah

Sebagian ulama, seperti Qotadah, menafsirkan shalat dalam ayat ini sebagai shalat Idul Adha, sedangkan “wanhar” dimaknai sebagai penyembelihan hewan qurban. Keduanya harus dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala.

Makna Ayat Terakhir: Siapa yang Terputus Sebenarnya

Ayat penutup Surat Al Kautsar menegaskan:

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”

Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap kaum Quraisy yang mengejek Rasulullah karena wafatnya putra-putra beliau. Mereka menyangka Rasulullah akan terputus dari sejarah. Namun Allah justru meninggikan nama beliau hingga hari kiamat, sementara para pembenci beliau lenyap tanpa jejak dan pujian.

Ibnu Katsir menegaskan bahwa Rasulullah tetap disanjung oleh umat manusia sepanjang zaman, dan syariat beliau terus berlaku hingga hari akhir.

Pelajaran Besar dari Surat Al Kautsar

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin merangkum kandungan Surat Al Kautsar dalam tiga poin utama:

1 – Besarnya nikmat Allah kepada Rasulullah

2 – Perintah beribadah dengan ikhlas

3 – Ancaman bagi siapa pun yang membenci Rasul dan ajarannya

Surat Al Kautsar mengajarkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada keikhlasan, ibadah, dan cinta kepada Rasulullah, bukan pada ukuran duniawi semata. (Mun)

Continue Reading

TRENDING