Connect with us

Berita

Neo-Nazi Ajak Pengikut Tularkan Virus Corona ke Umat Yahudi-Muslim

Kelompok Neo-Nazi dan ekstremis sayap kanan Inggris disebut menyerukan pengikut untuk secara sengaja menularkan virus corona ke umat Yahudi dan Muslim. Hal itu diungkap Badan Penanggulangan Terorisme Inggris pada Kamis (9/7). Sejak awal pandemi corona merebak, Badan Penanggulangan Terorisme Inggris mengaku menerima peningkatan laporan bahwa kelompok ekstremis sayap kanan, sayap kiri, dan ekstremis Islam, berupaya […]

Published

on

Kelompok Neo-Nazi dan ekstremis sayap kanan Inggris disebut menyerukan pengikut untuk secara sengaja menularkan virus corona ke umat Yahudi dan Muslim.

Hal itu diungkap Badan Penanggulangan Terorisme Inggris pada Kamis (9/7).

Sejak awal pandemi corona merebak, Badan Penanggulangan Terorisme Inggris mengaku menerima peningkatan laporan bahwa kelompok ekstremis sayap kanan, sayap kiri, dan ekstremis Islam, berupaya mengeksploitasi krisis corona untuk memecah-belah dan perselisihan sosial.

“Kami mendengar laporan para aktivis ekstrem kanan dan kelompok Neo-Nazi mempromosikan narasi anti-minoritas dengan mendorong pengikut mereka menularkan (corona) terhadap kelompok Muslim dan komunitas Yahudi,” bunyi laporan badan terorisme Inggris itu seperti dilansir CNN.

Badan tersebut mengatakan sejumlah teori konspirasi lainnya yang muncul bahkan menyebutkan bahwa virus corona merupakan bagian dari “rencana umat Yahudi”.

Tak hanya itu, politikus dan media sayap kanan bahkan mencoba menggunakan krisis corona “untuk memperkuat pesan anti-imigran dan gaya populis mereka”.

Tak hanya ekstremis sayap kanan dan Neo-Nazi, Badan Penanggulangan Terorisme Inggris juga menerima pesan propaganda menyesatkan terkait virus corona dari kelompok ekstremis Islam.

Kelompok ekstremis Islam disebut mengklaim Covid-19 merupakan sebuah hukuman untuk bangsa Barat demi menyebarkan propaganda anti-demokrasi dan anti-Barat. Mereka juga disebut menganggap Covid-19 sebagai hukuman terhadap China atas kekejamannya terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

Badan terorisme Inggris menganggap krisis corona dan pembatasan pergerakan turut menambah kerentanan warga terpapar radikalisme.

Sebab, di tengah keterbatasan pergerakan selama pandemi, penyebaran informasi tetap bergerak cepat terutama melalui media sosial sehingga sulit untuk memverifikasinya.

Sebuah studi yang dikutip Badan Terorisme Inggris dalam laporan itu menemukan sekitar 90 persen informasi hoaks yang tersebar di media sosial tidak ditindaklanjuti oleh perusahaan medsos terkait meski sudah diberi tanda peringatan oleh pengguna lain.

“Pandemi tidak membuat ekstremis menghentikan aksi mereka menyebarkan ideologi kebencian. Mereka mengeksploitasi krisis untuk mempromosikan teori konspirasi dan informasi menyesatkan yang berbahaya,” kata Komisaris Utama Badan Penanggulangan Terorisme Inggris Sara Khan.

Khan menyebut para ekstremis ini berusaha membuat propaganda dan informasi sesat yang mereka buat menjadi informasi arus utama agar bisa menghasut kebencian dan kekerasan.

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending