Berita
Meski Diserbu Covid Varian Delta, AS Disebut Tak Akan Lockdown
Penasihat Presiden Joe Biden urusan pandemi Covid-19, Anthony Fauci, mengatakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan tak akan menerapkan kembali lockdown meski infeksi corona varian Delta kian parah belakangan ini. “Saya pikir tak akan ada lockdown lagi,” ujar Fauci dalam bincang-bincang dengan stasiun televisi ABC, sebagaimana dikutip AFP, Minggu (1/8). Fauci mengatakan bahwa saat ini, Covid-19 memang kembali melonjak […]
Penasihat Presiden Joe Biden urusan pandemi Covid-19, Anthony Fauci, mengatakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan tak akan menerapkan kembali lockdown meski infeksi corona varian Delta kian parah belakangan ini.
“Saya pikir tak akan ada lockdown lagi,” ujar Fauci dalam bincang-bincang dengan stasiun televisi ABC, sebagaimana dikutip AFP, Minggu (1/8).
Fauci mengatakan bahwa saat ini, Covid-19 memang kembali melonjak di AS, tapi sudah banyak pula yang divaksinasi, sehingga kemungkinan tingkat kematiannya tak akan setinggi tahun lalu.
Ia lantas mengimbau agar warga AS yang belum atau enggan divaksin untuk segera ikut serta dalam program imunisasi tersebut.
Sebelumnya, direktur Institut Kesehatan Nasional AS, Francis Collin, mengatakan bahwa vaksin akan mencegah penularan Covid-19. Jika akhirnya terinfeksi pun, katanya, gejalanya tak terlalu parah.
“Jika kalian divaksin sekarang, kemungkinan gejala menjadi parah berkurang 25 kali lipat,” tutur Collins.
Fauci juga menegaskan bahwa kebanyakan orang yang tertular Covid-19 belakangan ini belum menerima vaksin Covid-19.
Berdasarkan data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) lima negara bagian dengan kasus tertinggi saat ini merupakan daerah yang tingkat vaksinasinya rendah, yaitu Lousiana, Arkansas, Missouri, Florida, dan Nevada.
Tingkat vaksinasi rendah dan kemunculan varian Delta ini membuat kasus Covid-19 di AS kembali melonjak, padahal sempat turun drastis menjelang pertengahan tahun.
Meski angka vaksinasi sempat tinggi di awal masa pemerintahan Presiden Joe Biden, saat ini antusiasme masyarakat di AS mengendur akibat ketidakpercayaan sejumlah kalangan, padahal pemerintah sudah memberikan produk vaksin dengan efikasi tinggi, seperti Moderna dan Pfizer.
Sebagaimana dilansir AFP, baru sekitar 50 persen populasi AS berusia di atas 12 tahun yang kini sudah mengikuti vaksinasi lengkap.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Biden lantas menjanjikan insentif senilai US$100 atau setara Rp1,4 juta bagi warga yang mau mengikuti program vaksinasi Covid-19.
Selain itu, Biden juga mengumumkan sejumlah kebijakan lain untuk memerangi Covid-19 yang kembali melonjak di AS akibat penyebaran corona varian Delta, salah satunya mewajibkan pegawai negeri mengikuti vaksinasi.
Biden mengatakan bahwa para pegawai negeri yang tidak divaksin nantinya harus menaati sejumlah pengetatan aturan, yaitu selalu memakai masker dan mengikuti tes Covid-19 rutin.
“[Pegawai yang belum divaksin] harus memakai masker di tempat kerja tak peduli lokasi kalian, menjaga jarak dari semua pegawai dan pengunjung lain, mengikuti tes mingguan atau dua mingguan, dan mematuhi pembatasan perjalanan,” ucap Biden seperti dikutip CNN.
Tak hanya itu, Biden juga memerintahkan sekolah-sekolah untuk mendirikan setidaknya satu klinik vaksinasi dalam beberapa pekan ke depan agar lebih banyak anak 12 tahun ke atas divaksin.
-
Multimedia5 hours ago
FOTO: Bawaslu Gelar Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu
-
POLITIK9 hours ago
Bawaslu Gelar Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu untuk Refleksi Kinerja dan Strategi Kedepan
-
Oase18 hours ago
Hukum Merayakan Natal dalam Islam, Berikut Penjelasannya!
-
Ragam12 hours ago
Bantah Gelapkan Harta Warisan, Ratna Sarumpaet: Aku Enggak Dendam
-
POLITIK1 hour ago
Ketua Komisi II Menentang Pembentukan KPU-Bawaslu Ad Hoc
-
Olahraga14 hours ago
Dicoret dari Pelatnas, Christian Adinata: Perjuangan Tanpa Akhir di Dunia Bulu Tangkis
-
Nasional5 hours ago
Presedium MLB NU Desak Gus Ipul Mundur dari Jabatan Sekjen PBNU
-
Dunia11 hours ago
Tragedi Kecelakaan Bus di Brasil: 38 Tewas, Kejadian Terburuk Sejak 2007