Pintu Masuk Pendakian Gunung Semeru, (Foto: Istimewa)

AKTUALITAS.ID – Air hujan yang turun di kawasan Gunung Semeru, Jawa Timur, selama dua hari pada Sabtu, 2 November hingga Minggu, 3 November 2019 membuat api atau bekas bara api di musim kemarau telah padam.

Sejak September hingga Oktober, kebakaran hutan sering terjadi di kawasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sebab, pada bulan itu menjadi puncak musim kemarau 2019. Data sementara area hutan yang terbakar mencapai 131 hektare. Jumlah ini bisa bertambah. Sebab otoritas terkait masih melakukan pemutakiran data area terbakar.

“Kami masih akan melihat secara faktual di lapangan. Kemarin itu sekitar 131 hektar untuk luasan kebakaran,” kata Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar TNBTS, Syarif Hidayat, Senin, (4/11).

Jalur Pendakian

Meski hujan telah membasahi kawasan Taman Nasional, jalur pendakian menuju puncak tertinggi tanah Jawa masih belum dibuka. Pendakian ini ditutup total sejak akhir September, menyusul kebakaran hutan yang terjadi di Gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut itu.

Syarif menyebutkan, ada berbagai pertimbangan yang membuat Balai Besar TNBTS belum membuka jalur pendakian. Petugas masih perlu menghitung dampak dari kebakaran setelah musim hujan tiba. Petugas pun masih melakukan kajian sebelum membuka jalur pendakian.

“Apalagi selama beberapa bulan kering lalu hujan maka kita perlu lihat apakah ada longsoran atau pengaruh lainnya. Kita belum tahu kapan Semeru kembali dibuka,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Kita masih kaji dengan teman-teman sampai kapan untuk jalur ini akan dibuka. Kita belum bisa memastikan bahwa hujan pertama ini aman. Mungkin aman tetapi hujan berikutnya kita belum bisa menjamin.”

Syarif mengatakan, kebakaran hutan dan musim kemarau telah berlalu. Namun, pada awal musim penghujan ada beberapa faktor alam yang perlu diwaspadai. Seperti ancaman longsor, ranting-ranting bekas kebakaran dan kemungkinan faktor alam lainnya.

“Salah satu yang kami khawatirkan saat hujan ini adalah longsoran-longsoran sebagai dampak dari kebakaran. Ranting-ranting kemudian tanah-tanah habis terbakar dan kemarau panjang yang kering, kemudian ditimpa hujan pohon-pohon yang habis terbakar itu tentunya berpengaruh juga,” ujar Syarif.

Saat ini, tim Balai Besar TNBTS masih melihat dan melakukan sterilisasi jalur pendakian sebelum benar-benar dinyatakan aman bagi para pendaki. Setelah semua proses sterilisasi rampung, jalur pendakian mulai dibuka. Aturan lama masih diberlakukan, yakni pendakian dilarang ke Puncak Mahameru hanya sampai batas Kalimati saja.

“Sampai sejauh mana pengaruhnya kita masih lihat akan ada pengecekan jalur dulu dampak dari kebakaran kemarin. Sementara teman-teman ini lagi bekerja. Tergantung dari kondisi di lapangan, targetnya nanti kita lihat dari hasil tracking teman-teman. Hasil tracking dari teman-teman akan kami rapatkan sebelum membuka jalur,” kata Syarif.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>