Connect with us

Berita

Seorang Karyawati Babak Belur Dipukul Warga di Papua

AKTUALITAS.ID – Kekerasan terhadap kaum perempuan di tanah Papua masih cukup tinggi. Kasus terbaru dialami oleh seorang karyawati yang di pukul warga di Boven Digoel. Peristwa kekerasan menimpa seorang karyawati, sebut saja Martha (bukan nama sebenarnya) karyawan PT Tunas Sawa Erma (TSE) POP A, Boven Digoel, Papua. Ia dipukul warga hingga babak belur dan pingsan […]

Published

on

AKTUALITAS.ID – Kekerasan terhadap kaum perempuan di tanah Papua masih cukup tinggi. Kasus terbaru dialami oleh seorang karyawati yang di pukul warga di Boven Digoel.

Peristwa kekerasan menimpa seorang karyawati, sebut saja Martha (bukan nama sebenarnya) karyawan PT Tunas Sawa Erma (TSE) POP A, Boven Digoel, Papua. Ia dipukul warga hingga babak belur dan pingsan pada 17 Mei lalu. Kasus ini merupakan buntut peristiwa meninggalnya Marius Betera, warga Boven Digoel beberapa waktu sebelumnya.

Kepada awak media, melalui siaran pers menceritakan, dirinya sama sekali tidak menduga dia bakal menjadi korban pemukulan warga. Pada saat itu, dirinya sebagai karyawan TSE di bagian Humas, ditugaskan untuk memberikan pelayanan kepada warga yang melakukan protes atas kasus meninggalnya Marius.

Ia mengatakan dirinya sudah bekerja melayani sebaik-baiknya protes dan tuntutan dari warga setempat. Namun, kembali lagi ia menegaskan, dirinya sama sekali tidak tahu menahu mengapa tiba-tiba dia menjadi sasaran pemukulan.

“Kejadian pemukulan sekitar jam 4 sore. Begitu dipukul, saya langsung pingsan, dan baru terbangun sadar sudah malam,” ungkapnya.

Akibat pemukulan itu, ia mengalami luka memar dan lebam, setelah diantar aparat polisi ke klinik Martha kemudian melaporkan peristiwa pemukulan ke Polsek Jair, Boven Digoel, pada 27 Mei lalu. Ia berharap, pemukulan terhadap dirinya diproses secara hukum, sehingga pelakunya dapat dihukum sesuai perbuatan yang dilakukan.

Kasus yang dialami Martha bukan kali pertama yang menimpa kaum perempuan di Papua. Hal ini menjadi gambaran betapa rentan dan minimnya ruang aman bagi perempuan di Papua. Tidak hanya di ranah domestik tapi juga di ranah publik. Seperti halnya disuarakan pada kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, yang dilakukan elemen organisasi non pemerintah dan individu yang terhimpun dalam Koalisi Masyarakat Sipil, 2019 lalu.

Latifa Anum Siregar, Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua, pada kesempatan kampanye itu, menegaskan, hingga kini kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga maupun di tempat kerja masih kerap terjadi. Dan, kita masih terus menutup mata akan hal itu.

Karena itu, untuk menekan kekerasan terhadap perempuan di Bumi Cenderawasih, koalisi bersama melakukan sejumlah kegiatan, diantaranya pembukaan Posko Konsultasi dan Pengaduan Kasus Kekerasan terhadap perempuan, liputan isu perempuan dan publikasi opini terkait isu perempuan, dan lainnya.

Dia berharap, di masa mendatang koalisi masyarakat sipil makin kuat untuk melakukan agenda-agenda strategis bagi perempuan di Papua.

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending