Berita
Meningkatnya Ketegangan AS-China, Harga Minyak Mentah Cenderung Stabil
AKTUALITAS.ID – Harga minyak berjangka cenderung stabil pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), disaat meningkatnya ketegangan AS-China. Namun, harga mendapat dukungan dari laporan bahwa OPEC dan Rusia hampir mencapai kesepakatan memperpanjang pemangkasan produksi. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun tipis lima sen atau 0,1 persen menjadi menetap di USD […]

AKTUALITAS.ID – Harga minyak berjangka cenderung stabil pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), disaat meningkatnya ketegangan AS-China. Namun, harga mendapat dukungan dari laporan bahwa OPEC dan Rusia hampir mencapai kesepakatan memperpanjang pemangkasan produksi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun tipis lima sen atau 0,1 persen menjadi menetap di USD 35,44 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik tipis USD 0,48 atau 1,3 persen menjadi USD 38,32 per barel.
Harga minyak mendapat dukungan setelah berita bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, bergerak lebih dekat ke kompromi pada perpanjangan pemotongan produksi minyak dan sedang membahas perpanjangan pembatasan satu hingga dua bulan.
Aljazair, yang memegang jabatan presiden OPEC bergilir, telah mengusulkan agar OPEC+ memajukan pertemuan pada 4 Juni dari yang direncanakan sebelumnya 9-10 Juni.
OPEC+ sepakat pada April untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni karena pandemi COVID-19 merusak permintaan.
Cadangan di Cushing, Oklahoma, turun menjadi 54,3 juta barel dalam seminggu yang berakhir 29 Mei, kata para pedagang, mengutip laporan Genscape pada Senin (1/6/2020).
Bank of America mengatakan bahwa mereka percaya bahwa penutupan minyak Amerika Utara memuncak pada Mei.
“Harga minyak telah menguat ke tingkat di mana penutupan tidak lagi masuk akal dan seharusnya benar-benar mendorong produsen untuk segera mengembalikan produksi,” menurut laporan BofA Global Research.
Namun, investor menjadi lebih berhati-hati, setelah China memperingatkan pembalasan atas langkah AS di Hong Kong.
China telah meminta perusahaan milik negara untuk menghentikan pembelian kedelai dan babi dari Amerika Serikat, setelah Washington mengatakan akan menghilangkan perlakuan khusus AS bagi Hong Kong untuk menghukum Beijing.
“Kemungkinan meningkatnya ketegangan memang menimbulkan risiko bagi kenaikan harga minyak baru-baru ini,” kata Harry Tchilinguirian, kepala penelitian komoditas di BNP Paribas.
Kekhawatiran ekonomi dan pertanyaan tentang pemulihan permintaan bahan bakar juga menekan minyak berjangka. Data manufaktur pada Senin (1/6/2020) menunjukkan bahwa pabrik-pabrik Asia dan Eropa sedang berusaha bangkit ketika penguncian yang diberlakukan pemerintah mengurangi permintaan.
-
EKBIS13/03/2025
Beras Berkutu Ditemukan di Gudang Bulog, Wamentan Pastikan untuk Pakan Ternak
-
NASIONAL13/03/2025
Waka MPR Apresiasi Langkah Presiden Prabowo Jalin Kolaborasi dengan Pemuda Peduli Lingkungan
-
EKBIS13/03/2025
Menhut: Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan Segera Diresmikan
-
NASIONAL13/03/2025
Roberth Rouw Ajak Masyarakat Jayawijaya Perkuat 4 Pilar Kebangsaan
-
NASIONAL13/03/2025
Prabowo Siapkan Penjara di Pulau Terpencil buat Koruptor: Mereka Gak Bisa Kabur!
-
DUNIA13/03/2025
Duterte di Belanda: Pengacara Desak ICC Kembalikan Mantan Presiden ke Filipina
-
EKBIS13/03/2025
Tiket Pesawat Diskon Belum Ludes! Menpar: Baru Terjual 22 Persen
-
RAGAM13/03/2025
Buka Puasa dan Kolesterol: Turunkan dengan Dua ‘Buah Al Quran’ Ini