Prancis Minta Seruan Boikot di Timur Tengah Segera Dihentikan


Seorang karyawan mal di Amman, Yordania, ambil bagian dalam aksi boikot produk Prancis sebagai protes atas penggunaan kartun Nabi Muhammad dalam diskusi kebebasan berekspresi di sekolah. Foto/REUTERS

Kementerian Luar Negeri Prancis meminta agar seruan boikot terhadap produk mereka yang dilakukan di berbagai negara Timur Tengah segera dihentikan.

Aksi tersebut muncul setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik Muslim dan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.

Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (25/10) malam Kemlu Prancis berkata para diplomatnya sedang bergerak untuk menanyakan negara-negara di mana boikot dilakukan atau seruan kebencian dikeluarkan untuk tidak mendukung mereka.

“Di banyak negara di Timur Tengah, seruan untuk memboikot produk Prancis dan secara lebih umum, seruan untuk berdemonstrasi melawan Prancis, dalam istilah yang terkadang penuh kebencian, telah disebarkan di media sosial,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis dilansir dari Associated Press, Senin (26/10).

Ajakan memboikot produk Prancis menggema di kawasan Arab dan Timur Tengah. Aksi pemboikotan produk Prancis sudah berlangsung di Kuwait dan Qatar.

Puluhan toko di Kuwait membuktikan pemboikotan dengan mengunggah foto di media sosial yang memperlihatkan sejumlah pekerja mengeluarkan keju olahan Prancis dari rak.

Kemudian di Doha, terlihat sejumlah pekerja jaringan salah satu supermarket di sana, Al Meera mengeluarkan selai St. Dalfour buatan Prancis dari rak pada Sabtu (24/10). Bahkan, mereka juga mengeluarkan ragi Saf-Instant.

Serangan Erdogan ke Macron

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengecam ucapan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ia menghina Macron karena memaafkan penggunaan kartun Nabi Muhammad sebagai sebuah bahan ajar oleh seorang guru.

Sehari setelah mengatakan bahwa Macron perlu diperiksa kepalanya, Erdogan mengatakan bahwa pemimpin Prancis itu telah “tersesat.”

Di sisi lain, Macron bercuit di Twitter tentang pemboikotan dan kecaman dari Erdogan. Ia berkata dalam bahasa Inggris dan Arab.

“Kami tidak akan menyerah, selamanya,” cuitnya. Macron juga menegaskan, “Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian.”

Tweet lainnya mengatakan dengan cetak tebal “We are ONE.” Cuitan tersebut telah mendapat 28.000 komentar, dengan banyak di antaranya melontarkan hinaan. Salah satu hinaan itu ialah gambar Macron dengan sepatu dicap di wajahnya.

Prancis tengah dilanda ketegangan rasial dalam beberapa hari belakangan. Hal itu terjadi setelah seorang guru sejarah yang menjadikan karikatur Nabi Muhammad sebagai bahan materi pelajaran tewas dipenggal

Pembunuh sang guru adalah remaja berusia 18 tahun. Ia merupakan pendatang dari Chechnya yang tinggal di kota kecil Conflans-Sainte-Honorin, Val d’Oise, Prancis.

Setelah insiden pembunuhan itu Macron berpendapat bahwa guru tersebut ‘dibunuh karena para umat Muslim menginginkan masa depan kita’. Sejak itu Macron mendapat kritik dari berbagai pihak.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>