Berita
Tahun 2045, RI Ingin Jadi Penentu Harga Sawit Dunia
AKTUALITAS.ID – Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Emil Satria menyebut Indonesia ditargetkan menjadi penentu harga (price setter) kelapa sawit dunia pada 2045 mendatang. Emil menyebut hal itu sejalan dengan visi pemerintah menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia dengan empat fokus hilirisasi, yaitu pangan (food), bahan bakar (fuel), bahan […]
AKTUALITAS.ID – Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Emil Satria menyebut Indonesia ditargetkan menjadi penentu harga (price setter) kelapa sawit dunia pada 2045 mendatang.
Emil menyebut hal itu sejalan dengan visi pemerintah menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia dengan empat fokus hilirisasi, yaitu pangan (food), bahan bakar (fuel), bahan kimia (fine chemical), dan limbah (fiber).
Maksud dari hilirisasi adalah mengolah bahan baku, dalam hal ini kepala sawit, menjadi produk jadi yang memiliki nilai tambah, seperti margarine (lemak pangan), kosmetik, minyak goreng, dan sebagainya.
“Roadmap (peta jalan) hilirisasi industri kelapa sawit nasional diharapkan pada 2045 kita menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia sehingga bisa menjadi price setter (penentu harga) CPO global,” bebernya pada webinar Indef, Senin (7/6).
Ia optimistis target bisa dicapai mengingat Indonesia merupakan ‘raja’ ekspor minyak sawit dunia. Pada 2020, ia menyebut Indonesia menyumbang 37,3 persen dari total ekspor minyak sawit dunia. Kemudian diikuti Malaysia sebesar 19,3 persen dan Thailand sebesar 3,1 persen.
Sedangkan untuk pangsa pasar (market share) sendiri, ia menyebut Indonesia merupakan yang terbesar dunia, yakni 55 persen dari total pasar kelapa sawit dunia.
Menurut Emil, visi tersebut memiliki lima manfaat (benefit). Pertama, menggerakkan kegiatan ekonomi produktif melalui industrialisasi guna mencapai substitusi impor dan promosi ekspor, sekaligus mendatangkan devisa negara.
Kedua, menyehatkan neraca perdagangan RI dan memperkuat nilai tukar rupiah. Ketiga, mencapai kedaulatan pangan dan kedaulatan energi melalui pemanfaatan bahan bakar nabati.
Keempat, menjadi penggerak pembangunan daerah sentra produsen sawit dan perekonomian nasional, khususnya untuk daerah 3T atau terluar, tertinggal, dan terdalam.
Terakhir, mengendalikan emisi melalui penggunaan bahan bakar dan industri perkelapasawitan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
- Ragam20 jam lalu
Lesti Kejora Raih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Usai Berjuang Selama 6 Tahun
- Nasional22 jam lalu
Proses Induksi Pimpinan Baru KPK 2024-2029 Dimulai Hari Ini
- Nasional14 jam lalu
KPK Geledah Bank Indonesia Terkait Dugaan Korupsi Dana CSR
- Jabodetabek23 jam lalu
SIM Keliling Polda Metro Jaya Tersedia di 5 Lokasi Jakarta Hari Ini
- Olahraga19 jam lalu
Shin Tae-yong Kritik Jadwal ASEAN Cup 2024: “Kelelahan Pemain Mengkhawatirkan”
- POLITIK10 jam lalu
Dipecat PDIP, Gibran Fokus Bantu Presiden Prabowo
- Ragam16 jam lalu
“Keajaiban Air Mata Wanita”, Film Inspiratif tentang Perjuangan Seorang Ibu, Tayang Januari 2025
- Olahraga15 jam lalu
Jakarta LavAni Resmi Gaet Taylor Sander, Tambah Kekuatan untuk Proliga 2025