Pengujung 2021, AS Sepakat Akhiri Misi Tempur di Irak


kandidat calon presiden (capres) Partai Demokrat Joe Biden, (AFP / GETTY IMAGES / OLIVIER DOULIERY)

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan membuat kesepakatan dengan Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, untuk mengakhiri misi peperangan AS di Irak pada akhir 2021.

Keputusan itu disampaikan Biden saat menerima kunjungan Kadhimi di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington D.C.

“Peranan kami (AS) di Irak akan tetap ada, untuk membantu melatih, memandu dan dan membantu untuk menghadapi ISIS, tetapi kami pada akhir tahun tidak akan melanjutkan misi tempur,” kata Biden, seperti dilansir Reuters, Selasa (27/7).

Saat ini tercatat ada 2.500 tentara AS di Irak yang ditugaskan untuk memburu jaringan kelompok teroris ISIS. Setelah mengakhiri misi tempur, AS hanya akan berada di balik layar untuk membantu angkatan bersenjata Irak.

Keputusan Biden itu dinilai tidak bakal berdampak terlalu banyak karena saat ini militer AS memang fokus untuk melatih pasukan Irak.

AS menyerbu Irak pada masa pemerintahan Presiden George W. Bush pada 2003 silam. Negeri Paman Sam menggelar operasi militer dan mengirimkan pasukan selama lebih dari 18 tahun saat menyerbu Irak, dengan dalih mencari dan melucuti senjata pemusnah massal yang disembunyikan oleh mendiang pemimpin Irak, Saddam Hussein, meski pada akhirnya tidak pernah ditemukan.

Misi AS di Irak lantas berkembang menjadi operasi kontraterorisme, yakni memburu kelompok teroris yang terkait dengan Al-Qaeda kemudian ISIS yang sempat menguasai Irak dan Suriah.

Menurut sumber di pemerintahan Biden, sampai saat ini tidak ada satu orang pun yang menyatakan tujuan misi tempur AS di Irak sudah terpenuhi dan selesai. Sebab menurut dia tujuan utama mereka saat ini adalah memastikan ISIS kalah selamanya dan tidak akan bangkit kembali.

“Jika Anda melihat di sana, kami tetap mengerahkan helikopter tempur Apache ke medan perang, pasukan khusus juga terus menggelar operasi rutin, ini adalah perkembangan berarti. Jadi pada akhir tahun sepertinya kita akan secara formal hanya sebatas memberi saran atau membentuk kemampuan,” kata sumber itu.

Sumber itu tidak merinci berapa jumlah tentara AS yang akan ditempatkan di Irak untuk memberi saran dan melatih pasukan setempat.

Meski begitu, pasukan dan para diplomat AS di Irak tetap menjadi sasaran empuk serangan roket dan drone yang diduga dilakukan oleh milisi Syiah yang dibantu Iran.

Kunjungan Kadhimi ke AS juga dilakukan untuk meneken kesepakatan kerja sama di berbagai bidang selain militer, yakni kesehatan hingga energi.

Kadhimi dinilai sebagai sosok politikus Irak yang mencoba mencari keseimbangan di negaranya dengan merapat ke AS untuk mengimbangi kelompok milisi Syiah yang pro Iran atau milisi Syiah yang kontra Iran. Namun, pemerintahannya pada akhir Juni lalu mengecam serangan udara AS terhadap markas milisi pro Iran di perbatasan Suriah, yang mereka anggap sebagai pelanggaran kedaulatan.

Untuk meluluhkan hati pemerintah dan rakyat Irak, Biden menyatakan AS mengirim 500 ribu dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech sebagai bagian dari skema kesetaraan vaksin COVAX.

Selain itu, AS menggelontorkan anggaran sebesar US$5.2 juta (sekitar Rp 75.5 miliar) untuk membantu misi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menggelar pemilihan umum di Irak pada Oktober mendatang.

“Kami menantikan pemilihan umum pada Oktober mendatang,” kata Biden.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>