Usai Taliban Tahan Pasukannya Masuk Kabul, Afghanistan Siapkan Peralihan Kuasa ke Pemerintahan Transisi


Petugas keamanan Afghanistan berpatroli setelah mereka merebut kembali bagian kota Herat menyusul pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, di pinggiran Herat, 640 kilometer (397 mil) barat Kabul, Afghanistan, Minggu, 8 Agustus 2021, AP/Hamed Sarfarazi

Menteri Dalam Negeri Afghanistan Abdil Sattar Mirzakwal mengatakan akan ada peralihan kekuasaan ke pemerintah transisi, usai Taliban menahan pasukannya merangsek masuk ke Kabul.

“Rakyat Afghanistan tak perlu khawatir. Tidak akan ada serangan di kota itu dan akan ada peralihan kekuasaan secara damai ke pemerintah transisi,” ujar Mirzakwal, dikutip AFP Minggu (15/8/2021).

Pasukan Taliban sebelumnya dilaporkan sudah memasuki wilayah ibu kota Afghanistan, Kabul.

Namun, seorang juru bicara Taliban mengisyaratkan agar mereka tak memasuki kota. Pengumuman tersebut mengisyaratkan, bahwa kelompok milisi yakin akan mengambil alih kekuasaan dalam waktu dekat.

“Imarah Islam (Taliban menyebut dirinya) menginstruksikan semua pasukannya untuk berdiri di gerbang Kabul, tak mencoba memasuki kota,” ujar juru bicara Taliban.

“Sampai selesainya, proses transisi, tanggung jawab keamanan Kabul ada di pihak lain (pemerintah Afghanistan),” lanjutnya.

Perintah itu muncul setelah penduduk melaporkan pasukan Taliban memasuki pinggiran Kabul dengan damai. Kedatangan tersebut memicu kepanikan dan ketakutan.

“Saya melihat polisi melepas seragam mereka dan mengenakan shalwaar ameez (pakaian tradisional Asia Selatan),” kata salah satu warga.

Pengepungan Kabul akan mengakhiri kekalahan mengejutkan pasukan pemerintah dan panglima perang di seluruh kota-kota besar di Afghanistan yang berhasil ditaklukkan hanya dalam waktu 10 hari.

Taliban semakin gencar melakukan serangan usai Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menarik pasukan dari negara tersebut.

Setelah penarikan itu, Taliban kian beringas. Penduduk banyak yang angkat kaki untuk melindungi dari dari pertempuran.

Kelompok itu berambisi menguasai seluruh wilayah Afghanistan dan mendirikan negara Islam.

Dalam hitungan jam, Taliban telah merebut dua kota tanpa perlawanan, yakni Mazar-i-Sharif dan Jalalabad. Hal itu membuat pemerintah Afghanistan semakin terpukul.

Keberhasilan yang diraih Taliban membuat kelompok itu memegang semua kartu di setiap penyerahan ibu kota yang sudah dinegosiasikan.

Namun demikian, pada Sabtu (14/8) kemarin Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani berjanji tidak akan ada pertumpahan darah ketika milisi itu mendekati Kabul. Ia berencana memobilisasi kembali militer sembari mencari solusi politik untuk krisis tersebut.

Ia mengatakan harus menunjuk seorang delegasi untuk negosiasi dengan kelompok Taliban.

Situasi yang terus memburuk juga menjadi kekhawatiran pihak internasional. Selain AS, negara lain juga berencana mengevakuasi para diplomatnya dari Afghanistan.

Finlandia juga melakukan hal serupa. Mereka akan mengevakuasi 130 pekerja lokal Afghanistan. Kemudian Jerman yang akan mengurangi staf diplomatiknya di Kabul.

Sedangkan, Denmark dan Norwegia akan menutup sementara kantor kedutaan mereka di Kabul.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>