Connect with us

Berita

Karena Kudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Sudan

Uni Afrika menyampaikan pihaknya menangguhkan keanggotaan Sudan dan tidak melibatkannya dalam berbagai agenda lembaga tersebut setelah militer Sudan menggulingkan pemerintahan transisi yang dipimpin sipil dalam sebuah kudeta. Dalam sebuah komunike, badan pan-Afrika itu mengatakan penangguhan ini akan berlaku sampai pemerintahan transisi dipulihkan kembali yang akan mengarahkan negara itu menuju pemilu untuk memilih pemerintahan baru secara […]

Published

pada

Uni Afrika menyampaikan pihaknya menangguhkan keanggotaan Sudan dan tidak melibatkannya dalam berbagai agenda lembaga tersebut setelah militer Sudan menggulingkan pemerintahan transisi yang dipimpin sipil dalam sebuah kudeta.

Dalam sebuah komunike, badan pan-Afrika itu mengatakan penangguhan ini akan berlaku sampai pemerintahan transisi dipulihkan kembali yang akan mengarahkan negara itu menuju pemilu untuk memilih pemerintahan baru secara demokratis. Demikian dikutip dari Al Jazeera, Kamis (28/10).

Sudan berada di ujung tanduk sejak upaya kudeta gagal bulan lalu, melancarkan tudingan pahit antara kelompok militer dan sipil yang ingin berbagi kekuasaan setelah penggulingan mantan pemimpin Omar al-Bashir pada 2019.

Bashir digulingkan dan dipenjara setelah berbulan-bulan demonstrasi massal di jalan-jalan. Transisi politik disepakati setelah pelaku penggulingannya memandang Sudan telah bangkit dari isolasi di bawah pemerintahan Bashir yang berlangsung tiga dekade dan ingin mendorong dilakukannya pemilu pada akhir 2023.

Saat kudeta berlangsung pada Senin, tentara menangkap sebagian besar anggota kabinet pemerintah Sudan dan sejumlah pemimpin partai koalisi pemerintah. Militer juga menangkap Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui setelah menolak menerbitkan pernyataan mendukung kudeta.

Pasukan militer gabungan yang menempatkan Hamdok di bawah tahanan rumah menekannya untuk menerbitkan pernyataan dukungan.

Namun dilaporkan pada Rabu (27/10), Hamdok telah dibawa kembali ke rumah pribadinya di ibu kota Sudan, Khartoum, menurut sumber militer kepada Al Jazeera.

Pemimpin kudeta dan kepala militer, Abdel Fattah al-Burhan sebelumnya mengatakan dia membawa Hamdok ke rumahnya “demi keamanannya”.

Pembebasan Hamdok dan istrinya juga dikonfirmasi kantornya. Kantor perdana menteri menyampaikan Hamdok dan istrinya berada di bawah pengamanan ketat di rumah mereka di Khartoum. Selain itu disebutkan juga pejabat sipil lainnya yang ditangkap saat kudeta masih dalam penahanan dan keberadaan mereka masih belum diketahui.

Pada Selasa, dalam konferensi pertamanya sejak kudeta, Burhan membela kudeta yang dilakukan militer dengan mengatakan dia membubarkan pemerintah untuk mencegah perang sipil. Dia mengatakan tentara tidak punya pilihan kecuali menyingkirkan politikus yang menghasut perlawanan terhadap militer.

Sementara itu, demonstran penentang kudeta tetap menutup jalan-jalan di Khartoum, kembali turun ke jalan selama dua hari berturut walaupun pasukan keamanan menggunakan kekerasan sehari sebelumnya.

Al-Burhan berjanji secara bertahap mengembalikan jaringan internet dan layanan komunikasi yang diputus saat kudeta. Bandara Internasional Khartoum yang ditutup pada Selasa, akan dibuka kembali pada Rabu siang waktu setempat, menurut kepala penerbangan sipil Sudan kepada Reuters.

Trending

Exit mobile version