Tahun Ini, IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 5,6 Persen


AKTUALITAS.ID – Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 5,6 persen tahun ini. Sebelumnya, ekonomi RI diprediksi tembus 5,9 persen.

Mengutip laman resmi IMF, Rabu (26/1), penurunan prediksi ekonomi Indonesia sejalan dengan penyebaran covid-19 yang semakin masif. Hal ini berpotensi membuat pemerintah mengambil kebijakan pembatasan baru di ruang publik demi menekan angka penularan.

“Munculnya varian covid-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan mobilitas baru,” tulis IMF.

Namun, IMF meramalkan harga komoditas tetap tinggi di tengah lonjakan kasus covid-19. Situasi itu akan memberikan keuntungan bagi Indonesia.

Nilai ekspor RI akan meningkat jika harga komoditas terus menguat. Maklum, mayoritas produk yang ekspor Indonesia masih seputar komoditas, seperti batu bara.

“Sisi positifnya dorongan untuk harga komoditas global dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan,” jelas IMF.

Sementara itu, IMF mengklaim pinjaman pemerintah meningkat di tengah pandemi covid-19. Namun, utang sektor publik Indonesia masih terbilang rendah.

“Utang sektor publik Indonesia tetap rendah dan akan tetap berkelanjutan, bahkan jika ada guncangan ekonomi makro,” terang IMF.

Di sisi lain, IMF memprediksi inflasi RI meningkat secara bertahan pada 2022. Oleh karena itu, IMF setuju dengan langkah Bank Indonesia (BI) yang mulai mengurangi injeksi likuiditas ke perbankan di tengah risiko lonjakan inflasi.

IMF juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4 persen pada 2022. Angkanya turun 0,5 persen dari prediksi sebelumnya yang dikeluarkan pada Oktober 2021 lalu.

Hal ini lantaran prediksi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China turun pada 2022. IMF meramalkan ekonomi AS tumbuh 4 persen atau lebih rendah 1,2 poin dari sebelumnya.

Kemudian, IMF memprediksi ekonomi China tumbuh 4,8 persen tahun ini. Angkanya lebih rendah 0,8 poin dari perkiraan Oktober 2021 lalu.

Penurunan revisi pertumbuhan ekonomi di AS disebabkan kecilnya kemungkinan pengesahan paket fiskal build back better dan gangguan pasokan yang berkelanjutan.

Untuk China, IMF melihat ada potensi masalah properti yang berkelanjutan tahun ini. Selain itu, dampak penyebaran covid-19 juga akan mempengaruhi ekonomi China.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>