Berita
Menkeu: Pembiayaan Utang APBN Minus 101,8 persen di Januari 2022
AKTUALITAS.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Januari 2022 tercatat minus 101,8 persen dari tahun lalu yang sebesar Rp165,8 triliun. Kondisi tersebut artinya kebutuhan belanja negara telah dapat dipenuhi dari kas maupun penerimaan negara. “Berarti kita bisa membiayai berasal dari kas yang ada maupun dari penerimaan […]

AKTUALITAS.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Januari 2022 tercatat minus 101,8 persen dari tahun lalu yang sebesar Rp165,8 triliun. Kondisi tersebut artinya kebutuhan belanja negara telah dapat dipenuhi dari kas maupun penerimaan negara.
“Berarti kita bisa membiayai berasal dari kas yang ada maupun dari penerimaan negara baik dari sisi perpajakan, pajak, bea cukai, maupun PNBP,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (22/2/2022).
Pembiayaan APBN melalui utang tercatat menyusut Rp3 triliun pada Januari 2022 atau minus 0,3 persen dari target APBN yang sebesar Rp973,6 triliun sepanjang tahun 2022.
Menkeu merinci penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk penarikan utang di Januari 2022 tercatat susut Rp15,9 triliun atau minus 1,6 persen dari target APBN Rp991,3 triliun. Secara tahunan, pertumbuhannya minus 109,3 persen dibandingkan Rp169,7 triliun di Januari 2021.
Ia mengatakan pembiayaan utang menurun karena terdapat pembayaran utang jatuh tempo dan belum diterbitkannya SBN valas seperti di awal tahun lalu.
“Kita mengeluarkan SBN tahun lalu 2021 pada bulan pertama Rp169,7 triliun. Tahun ini bulan Januari kita mengalami neto negatif Rp15,9 triliun, artinya kita bayar utang lebih besar dari issuance (penerbitan utang),” ucap Sri Mulyani.
Di sisi lain, pemerintah masih memanfaatkan skema tanggung renteng (burden sharing) dengan Bank Indonesia (BI). Per 18 Februari 2022, incoming pembelian surat utang oleh BI mencapai Rp9,2 triliun dengan awarded Rp4,5 triliun.
“Dengan situasi ini sebetulnya kita sangat baik, untuk tetap menjaga strategi pembiayaan kita secara aman, fleksibel, pruden, dan oportunistik karena suasana pasar surat berharga di seluruh dunia mengalami dampak dari potensi tapering yang terjadi di negara maju terutama AS,” jelas dia.
Adapun pinjaman (neto) sampai Januari 2022 mencapai Rp12,8 triliun. Menurut Sri Mulyani, adanya penyusutan pembiayaan utang yang dibarengi dengan penggunaan SAL berpotensi menurunkan kebutuhan pembiayaan APBN sepanjang tahun 2022.
“Dengan kondisi APBN yang kuat dan makin sehat, issuance (penerbitan) akan jauh lebih rendah dan memberi ruangan untuk bertahan secara lebih baik,” tandas Sri Mulyani.
-
FOTO23/04/2025 16:00 WIB
FOTO: Bakti Sosial IBI Sambut Hari Pekan Imunisasi Dunia
-
JABODETABEK23/04/2025 17:00 WIB
Satu Juta Lebih Bayi Diimunisasi Serentak: Kolaborasi Hebat IBI dan Dinkes Wujudkan Generasi Emas 2045
-
JABODETABEK23/04/2025 15:30 WIB
Tawuran Pelajar Pecah di Kampung Melayu Jaktim, 20 Orang Digelandang Polisi
-
POLITIK23/04/2025 15:00 WIB
PAN Nilai Arahan Presiden Prabowo Merapatkan Barisan Menteri Adalah Hal Lazim dan Positif
-
DUNIA23/04/2025 14:00 WIB
Tiga Bulan Berkuasa, Trump Guncang Fondasi Demokrasi Amerika Serikat
-
JABODETABEK23/04/2025 14:30 WIB
Pengendara Wanita Ditembak Usai Coba Kabur dari Komplotan Begal di Jakbar
-
EKBIS24/04/2025 09:45 WIB
Rupiah ‘Lemes’ di Pembukaan 24 April 2025, Dolar AS Masih Sulit Ditaklukkan
-
OASE24/04/2025 05:00 WIB
Alasan Mengapa ‘Induk Alquran’ Duduk Manis di Awal Mushaf