Connect with us

Berita

Bolehkan Orang Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Ini Hukumnya

Published

pada

AKTUALITAS.ID – Hari raya umat kristiani atau natal dirayakan pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. 

Pada perayaan Natal tersebut, sama halnya dengan umat Islam, orang-orang dari agama lain, termasuk Islam, sering memberikan ucapan selamat. 

Namun, diketahui ada permasalahan yang perlu diperhatikan, tentang bagaimana pandangan islam terkait hukum mengucapkan selamat natal.

Dalam Islam, tidak ada hukum yang secara tegas mengharamkan atau memperbolehkan orang Islam mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani.

Diktutip dari buku 30 Fatwa MUI Menjawab Problematika Kehidupan karya Haarysalf dkk. menjelaskan Ibnul-Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa memberikan ucapan selamat terhadap pearayaan natal  hukumnya haram. 

Karena dalam ucapan tersebut melibatkan simbol-simbol kekufuran adalah tindakan yang menyiratkan pengakuan terhadap syiar-syiar kekufuran.

Meskipun niatnya mungkin tidak mendukung kekufuran untuk dirinya sendiri, memberikan ucapan selamat semacam itu tetap menunjukkan persetujuan terhadap kekufuran. 

Oleh karena itu, bagi setiap Muslim, diharamkan untuk memberikan ucapan selamat terkait dengan perayaan yang melibatkan unsur-unsur kekufuran, karena Allah SWT tidak meridhai kekufuran, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surah Az-Zumar ayat 7 dan Surah Al-Ma’idah ayat 3.

Surah Az-Zumar ayat 7

اِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْۗ وَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَۚ وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۗ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ 

in takfurû fa innallâha ghaniyyun ‘angkum, wa lâ yardlâ li‘ibâdihil-kufr, wa in tasykurû yardlahu lakum, wa lâ taziru wâziratuw wizra ukhrâ, tsumma ilâ rabbikum marji‘ukum fa yunabbi’ukum bimâ kuntum ta‘malûn, innahû ‘alîmum bidzâtish-shudûr

Artinya; “Jika kamu kufur, sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu. Dia pun tidak meridai kekufuran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain. Kemudian, kepada Tuhanmulah kembalimu, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di dalam dada.”

[21/12 07.48] Rihadin: Surah Al-Maidah ayat 3

 اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 

al-yauma akmaltu lakum dînakum wa atmamtu ‘alaikum ni‘matî wa radlîtu lakumul-islâma dînâ, fa manidlthurra fî makhmashatin ghaira mutajânifil li’itsmin fa innallâha ghafûrur raḫîm

Artinya; Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Hal serupa juga pernah dikatakan Rasulullah SAW, dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya; “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan). (IYAN KUSUMA/RAFI)

Trending

Exit mobile version