Connect with us

DUNIA

Operasi ‘Kereta Gideon’: Tanda Bahaya Pembersihan Etnis Gaza oleh Israel?

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Tentara Israel beroperasi dengan tank di distrik Shajaiya kota Gaza di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza 8 Desember 2023. (REUTERS)

AKTUALITAS.ID – Nama sandi operasi militer Israel terbaru di Jalur Gaza, “Kereta Gideon” (Gideon’s Chariot), memicu kekhawatiran internasional akan adanya rencana sistematis pembersihan etnis di wilayah yang telah lama dilanda konflik tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, istilah “Kereta Gideon” bukanlah nama biasa. Ia sarat makna historis, religius, dan politis. Dalam Alkitab, Gideon adalah tokoh yang memimpin perang suci dan menang dengan pasukan kecil namun brutal. Referensi ini menandai operasi sebagai serangan militer penuh ideologi, bukan sekadar strategi perang biasa.

Operasi yang dimulai awal Mei 2025 ini disetujui Kabinet Keamanan Israel sebagai misi tiga tahap untuk “menghancurkan Hamas” dan menduduki seluruh Jalur Gaza. Puluhan ribu tentara cadangan telah dikerahkan, dan laporan dari Otoritas Penyiaran Israel menyebut tujuan utamanya adalah mengusir warga Gaza dari zona pertempuran, terutama dari Gaza utara menuju Rafah.

Sejumlah pengamat menilai ini sebagai bagian dari rencana sistematis mengosongkan wilayah Gaza, serupa dengan “Rencana Dalet” tahun 1948 saat ribuan warga Palestina diusir dari tanah mereka dalam konflik yang dikenal sebagai Nakba.

Referensi terhadap “Operasi Gideon” tahun 1948, yang merupakan bagian dari invasi Beit She’an dan pengusiran komunitas Badui di Palestina, memperkuat kekhawatiran ini. Nama sandi yang sama kembali digunakan pada tahun 2025 seolah menjadi isyarat kelanjutan dari pembersihan etnis yang terselubung.

Menurut sumber militer, setelah tahap evakuasi dan operasi udara, Israel akan melakukan invasi darat ke Gaza, menargetkan “terowongan Hamas” dan mendirikan kehadiran militer jangka panjang di wilayah tersebut.

Ironisnya, sambil terus menyerang, Israel juga mengklaim melaksanakan “rencana kemanusiaan” dengan mengevakuasi warga ke zona “aman” di Rafah. Namun banyak pihak mempertanyakan keamanan dan kemanusiaan dalam situasi di mana rakyat sipil terus menjadi korban.

Brutalnya operasi ini menimbulkan pertanyaan mendesak: Apakah ini hanya perang melawan Hamas, atau sebuah upaya terstruktur untuk menghapus eksistensi Palestina di Gaza?

Dengan menggunakan nama yang menggemakan masa lalu berdarah, “Kereta Gideon” menjadi lebih dari sekadar operasi militer. Ia kini menjadi simbol kengerian yang menggantung di atas rakyat Palestina sebuah peringatan akan potensi genosida yang terus berulang di bawah dalih keamanan. (Mun)

TRENDING