Connect with us

DUNIA

Lewat Serangan Darat, Israel Memulai Tindakan Awal Untuk Duduki Gaza

Aktualitas.id -

Tentara Israel melakukan serangan di kamp Nur Shams di dekat Kota Tulkarm di Tepi Barat. (Getty Images)

AKTUALITAS.ID – Seakan tak peduli dengan tragedi kelaparan, pengungsian massal, dan korban tewas yang terus berjatuhan yang dialami warga Palestina, militer Israel menyatakan telah memulai “tindakan awal” serangan darat untuk menduduki seluruh Kota Gaza.

Sebagaimana dikutip oleh BBC, juru bicara militer pasukan Zionis itu mengatakan pasukannya telah menguasai daerah pinggiran Kota Gaza serta sudah beroperasi di wilayah Zeitoun dan Jabalia guna mempersiapkan serangan tersebut.

Sedangkan kantor berita AP melaporkan bahwa militer Israel pada Rabu (23/8) memutuskan untuk memanggil 60.000 tentara cadangan menjelang perluasan operasi militer di Kota Gaza.

Mobilisasi tentara cadangan tersebut merupakan bagian dari rencana yang disetujui oleh kepala pertahanan Israel Katz untuk memulai fase baru operasi di beberapa wilayah terpadat di Gaza.

Rencana tersebut, yang diperkirakan akan mendapatkan persetujuan akhir dari pihak kepala staf kubu Zionis dalam beberapa hari mendatang, juga mencakup perpanjangan tugas 20.000 tentara cadangan tambahan yang sudah bertugas aktif.

Padahal, masih menurut AP, banyak penduduk Palestina di Kota Gaza dan sekitarnya yang memilih untuk tetap tinggal meskipun menghadapi bahaya, karena khawatir tidak ada tempat yang aman di wilayah lain yang menghadapi kekurangan makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya.

Israel berambisi untuk menguasai seluruh Kota Gaza, padahal telah mendapat penolakan dari berbagai suara banyak kalangan. Kelompok pejuang Palestina, Hamas, telah menyatakan Israel sengaja menghalangi kesepakatan gencatan senjata untuk melanjutkan perang brutal terhadap warga sipil, lapor kantor berita Reuters.

Korban pun telah berjatuhan. Kantor berita AFP pada Selasa kemarin mengungkapkan bahwa juru bicara Badan Pertahanan Sipil Hamas di Gaza, Mahmoud Bassal, mengatakan bahwa situasi di lingkungan Zeitoun dan Sabra (bagian selatan Kota Gaza) “sangat berbahaya dan tak tertahankan”.

Badan tersebut melaporkan bahwa serangan dan tembakan Israel telah menewaskan 25 orang di seluruh wilayah pada Rabu. Korban termasuk tiga anak dan orang tua mereka yang tempat tinggal mereka di kamp pengungsi Shati di sebelah barat Kota Gaza telah dibom Zionis.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memperingatkan bahwa rencana Israel itu bila dijalankan “hanya akan menyebabkan bencana bagi kedua belah pihak dan berisiko menjerumuskan seluruh kawasan ke dalam siklus perang abadi”.

Tidak kurang dari Sekjen PBB Antonio Guterres yang dalam penyataan terbarunya telah menegaskan bahwa “Sangat penting untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tanpa syarat semua sandera, serta untuk menghindari kematian dan kehancuran massal yang tak terelakkan akibat operasi militer terhadap Gaza.”

Namun seperti biasa, Israel sengaja mengabaikan semua itu dan bersikap seenaknya dengan akan melakukan penaklukan terhadap Kota Gaza, meski penderitaan warga Palestina masih terus memuncak.

Jika serangan perkotaan skala penuh yang direncanakan terus berlanjut, maka kemungkinan lebih banyak warga Gaza yang terbunuh, baik karena pemboman, kelaparan, atau penyakit yang tidak diobati. Bukan hanya mungkin terjadi, tetapi hampir pasti tak terelakkan.

Guna mencegah malapateka itu semakin membesar dan meluas, perlu adanya segera tindakan segera dari komunitas internasional. PBB harus terus mendesak adanya resolusi Dewan Keamanan yang menggabungkan gencatan senjata dengan pembebasan sandera tanpa syarat dan jaminan akses kemanusiaan bagi warga Gaza.

Sementara itu, negara-negara besar harus dapat efektif dalam menggunakan setiap pengaruh yang mereka miliki, antara lain dengan mensyaratkan transfer senjata dan pembagian intelijen dengan berlandaskan terhadap penghormatan terhadap hukum humaniter internasional.

Hal ini untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada Israel bahwa kesabaran dunia ada batasnya. Pada saat yang sama, para mediator harus menggandakan upaya untuk mengamankan kesepakatan bertahap: gencatan senjata segera, pertukaran sandera, penarikan pasukan secara bertahap, dan pembukaan kembali koridor kemanusiaan.

Selatan Global juga memiliki peran yang menentukan. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Liga Arab, dan Gerakan Non-Blok harus berkoordinasi untuk mengusulkan kerangka kerja perdamaian terpadu di Majelis Umum PBB.

Indonesia sendiri juga dapat memimpin koalisi internasional yang menuntut perlindungan warga sipil, apalagi dengan posisinya di forum multilateral seperti ASEAN dan G20, Indonesia dapat memberikan bobot moral dan politik terhadap tuntutan gencatan senjata.

Perlu disadari bahwa peringatan Sekjen PBB tentang “kematian dan kehancuran massal” bukanlah hiperbola, melainkan kenyataan yang akan segera terjadi jika Israel melanjutkan serangannya di Kota Gaza.

Tidak berlebihan pula bila dikatakan bahwa dunia kini berada di persimpangan jalan: mendesak gencatan senjata dengan tegas sekarang atau menyaksikan Gaza terjerumus ke dalam bencana yang lebih parah.  (Purnomo/goeh)

TRENDING