Connect with us

NASIONAL

Fenomena Ormas Minta THR, Wamenag: Budaya Lebaran Sejak Dulu

Aktualitas.id -

Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi'i, Dok: Kemenag

AKTUALITAS.ID – Fenomena organisasi kemasyarakatan (ormas) yang meminta tunjangan hari raya (THR) kepada pengusaha menjelang Lebaran telah lama terjadi di Indonesia. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafi’i menilai hal tersebut sebagai bagian dari tradisi budaya Lebaran yang tidak perlu dipermasalahkan.

Menurut Syafi’i, meskipun ada ormas yang menerima THR, ada juga yang tidak mendapatkan, dan jika pun ada, jumlahnya bervariasi. “Kadang-kadang dapat, kadang-kadang enggak,” ujarnya, menambahkan bahwa ini adalah fenomena yang sudah ada sejak dulu di Indonesia dan seharusnya tidak perlu dipermasalahkan.

Namun, situasi ini berbeda dengan fenomena yang diungkapkan oleh anggota Komisi III DPR, Abdullah, yang mengecam aksi preman berkedok ormas yang memaksa pengusaha untuk memberikan THR. Abdullah menyebut bahwa tindakan ini sudah menjadi keluhan banyak pihak, mulai dari masyarakat, instansi pemerintah, hingga pengusaha, karena ormas-ormas tersebut sering terlibat dalam pemalakan dan teror.

“Mereka merasa menjadi penguasa wilayah, sehingga bisa seenaknya memalak,” kata Abdullah. Aksi premanisme ini semakin mencolok menjelang Lebaran, di mana mereka mendatangi berbagai tempat usaha, instansi, dan bahkan lembaga pendidikan untuk memaksa pemberian THR. Fenomena ini semakin mendapat perhatian publik setelah terekam dalam video yang viral di media sosial.

Aksi pemalakan yang dilakukan dengan ancaman kekerasan dan penggunaan senjata tajam jelas mendapat kecaman dari berbagai pihak. Abdullah mendesak aparat kepolisian untuk segera menindak tegas para pelaku premanisme ini dengan membuat posko pengaduan dan menangkap mereka yang terlibat dalam pemerasan dan kekerasan.

Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga menanggapi hal ini sebagai masalah serius yang mengganggu dunia usaha, terutama menjelang hari raya. Wakil Menteri Investasi, Todotua Pasaribu, menyebutkan bahwa gangguan dari ormas yang meminta THR secara paksa adalah isu krusial yang perlu perhatian lebih.

Sementara itu, meskipun banyak pihak yang mengutuk tindakan premanisme tersebut, Wamenag Syafi’i tetap menegaskan bahwa budaya meminta THR merupakan tradisi Lebaran yang tidak perlu dipermasalahkan, selama tidak melibatkan tindakan kekerasan atau pemerasan. (Mun/Yan Kusuma)

TRENDING