Connect with us

OLAHRAGA

1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan: Arema FC dan Aremania Bersatu dalam Doa

Aktualitas.id -

Jajaran manajemen, pemain, ofisial Arema FC, dan perwakilan Presidium Aremania Utas mengikuti prosesi pelaksaan doa bersama memperingati "1.000 Hari" Tragedi Kanjuruhan yang diselenggarakan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025). (MO Arema FC)

AKTUALITAS.ID — Suasana haru menyelimuti Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Kamis (26/6/2025) malam. Pemain, ofisial, hingga manajemen Arema FC berkumpul untuk memanjatkan doa bersama bagi para korban Tragedi Kanjuruhan, tepat dalam momentum peringatan “1.000 Hari” sejak insiden kelam itu mengguncang dunia sepak bola Indonesia.

Doa bersama ini dilakukan usai sesi latihan rutin Arema FC. Prosesi berlangsung khidmat, diikuti seluruh unsur tim termasuk pemain asing seperti Lucas Frigeri dan Thales Lira. Tampak pula jajaran manajemen klub berjuluk Singo Edan serta perwakilan dari Presidium Aremania Utas, bersatu dalam duka dan doa.

“Inti dari pembacaan doa ini adalah untuk mendoakan korban tragedi kemarin,” ujar General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, di sela-sela kegiatan.

Acara ini juga bertepatan dengan malam satu Suro atau Suroan, yang dalam tradisi Jawa dikenal sebagai momen refleksi dan spiritualitas. Yusrinal menyebutkan, dalam doa itu turut dibacakan doa akhir tahun dan awal tahun Hijriah sebagai bagian dari ritual kebudayaan dan keagamaan.

Tragedi Kanjuruhan, Luka yang Belum Sembuh

Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu peristiwa paling menyayat hati dalam sejarah sepak bola nasional. Insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 usai laga Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu merenggut 135 nyawa dan meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga korban serta pecinta sepak bola tanah air.

Bentrok suporter dan penembakan gas air mata di dalam stadion menjadi pemicu utama kepanikan massal yang berujung maut. Tragedi ini tak hanya mengguncang jagat sepak bola nasional, namun juga menyita perhatian publik internasional. Ungkapan duka dan solidaritas mengalir dari berbagai klub, suporter luar negeri, hingga federasi sepak bola dunia.

Media sosial pun saat itu dipenuhi dengan tagar solidaritas, kecaman terhadap penanganan keamanan, serta desakan agar kasus ini diusut tuntas secara transparan dan adil. Tragedi Kanjuruhan menjadi simbol dari perlunya reformasi menyeluruh dalam tata kelola pertandingan sepak bola di Indonesia.

Aksi Damai di Tengah Kota

Tak hanya di stadion, peringatan “1.000 Hari” Tragedi Kanjuruhan juga berlangsung di pusat Kota Malang. Ratusan masyarakat berkumpul dalam aksi damai bertajuk “Kamisan” di depan Balai Kota Malang. Mayoritas peserta mengenakan pakaian serba hitam, membawa spanduk dan poster bertuliskan nama serta jumlah korban tragedi.

Aksi ini menjadi bentuk peringatan sekaligus pengingat moral kepada seluruh pihak, bahwa luka dari tragedi ini belum sembuh, dan keadilan bagi korban serta keluarga mereka masih menjadi tuntutan utama. (YAN KUSUMA/DIN) 

TRENDING