POLITIK
Politikus PDIP: Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Dilakukan Pemerintah Sudah Lebih Baik
AKTUALITAS.ID – Politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu melihat efektivitas pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan pemerintah saat ini sudah lebih baik. Namun, Masiton menyoroti persoalan data yang pemerintah miliki untuk menyalurkan bantuan-bantuan tersebut. “Nah apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah baik terlepas apa yang disampaikan teman dari IPO,” ungkap Masinton daalam diskusi daring yang […]
AKTUALITAS.ID – Politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu melihat efektivitas pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan pemerintah saat ini sudah lebih baik. Namun, Masiton menyoroti persoalan data yang pemerintah miliki untuk menyalurkan bantuan-bantuan tersebut.
“Nah apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah baik terlepas apa yang disampaikan teman dari IPO,” ungkap Masinton daalam diskusi daring yang digelar Polemik MNC Trijaya dengan tajuk “Evaluasi Kabinet dan Peta Politik 2024”, Sabtu (10/4/2021).
Meski begitu, dia melihat persoalan data dalam penyaluran bantuan-bantuan itu sangat penting untuk diperbaiki. Dia menerangkan, data untuk beberapa bantuan bagi masyarakat dari pemerintah pusat maupun daerah belum terkoneksi dalam satu sistem yang baik.
Petugas memotret identitas penerima bantuan sebagai tanda bukti saat penyaluran bantuan sosial (bansos) di Kantor Desa Sindangherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
“Itu belum terconnect dalam satu sistem satu data sehingga setiap ada pemberian bantuan lalu kadang dianggap tidak tepat sasaran, kadang yang terima bisa double,” katanya.
Menurutnya, pembentukan satu sistem data yang baik, yang terbaharui berkala dalam rentang waktu dekat, penting untuk dilakukan. Dengan sistem itu, maka pemerintah dapat memperbaharui data mengenai kondisi masyarakat.
“Sehingga selalu kita bisa mengupdate kondisi masyarakat di bawah. Sehingga ketika ada persoalan atau bencana banguan itu bisa tepat sasaran,” kata dia.
Sebelumnya, hasil survei lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo selama pandemi mencapai 56 persen. Namun, itu tidak sejalan dengan program-program kerja di tingkat kementerian.
“Tapi bagusnya kan sangat personal. Kenapa? Karena begitu diturunkan pada kerja-kerja di Kemenko, baik itu di ekomomi, maritim, termasuk politik dan hukum, juga PMK, sangat terjadi kejomplangan yang luar biasa,” ungkap Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, dalam diskusi daring, Sabtu (10/4/2021).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada Maret 2020 hingga April 2021 terhadap 1.200 responden, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mencapai 56 persen. Dari angka tersebut IPO membaginya ke dalam tiga bidang, yakni sosial, ekonomi, serta politik dan hukum.
Namun, ketika responden ditanya mengenai tepat atau tidaknya program yang dijalankan pemerintahan Jokowi, justru lebih banyak yang menilao tidak tepat. Terkait program, IPO membagas tiga program yang dijalankan selama pandemi.
“Satu, bantuan tunai baik itu BLT yang dari pusat provinsi termasuk BLT desa, kemudian pembagian sembako dan juga program prakerja pemerintah,” jelas dia.
Dari sana didapatkan hanya 29,9 persen responden yang menyatakan bantuan tunai tepat sasaran. Sementara 51,3 persen responden menyatakan tidak tepat sasaran. Sementara soal keefektifan, 59 persen responden merasa program tersebut efektif.
“Artinya bantuan tunai meski dianggap tidak tepat sasaran tapi itu dianggap efektif karena penerimanya bisa membelanjakan sesuai dengan kebutuhan,” katanya.
Lalu, program berikutnya yang disurvei ialah program pembagian sembako. Hasil survei menunjukkan 61,7 persen responden menilai program tersebut tepat sasaran. Untuk tingkat keefektifan 63 persen responden merasa tidak efektif.
Kemudian program prakerja dia sebut cukup mengkhawatirkan karena hanya 23 persen responden yang menyatakan program tersebut tepat sasaran. Hanya 32 persen yang menyatakan pogram tersebut efekfif. Sebanyak 44 persen responden menyatakan program itu tidak efektif.
“Berarti program prakerja itu sudah dianggap tidak tepat sasaran sekaligus dianggap juga tidak efektif, yaitu sebesar 44 persen menyatakan tidak efektif,” kata dia
Hasil dari survei tersebut juga menunjukkan 68,1 persen responden menyatakan program jaring pengaman sosial rawan korupsi. Lalu 51 persen responden menyatajan program jaring pengaman sosial tidak signifikan membantu.
“Artinya mereka menerima tapi itu tidak cukup membantu. Kemudian 54,7 persen beranggapan pemilihan penerima bantuan tidak transparan dan terbuka. Ini juga persoalan. Saya kira kementerian-kementerian yang menugasi terkait pendataan, hal-hal semacam ini saya kira sangat layak sekali kalau kemudian harus dievaluasi,” jelas dia.
- Multimedia21 jam lalu
FOTO: Peluncuran Buku Tantangan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Indonesia
- Dunia24 jam lalu
AS dan Israel Menolak Seruan Majelis UMUM PBB soal Gencatan Senjata Tanpa Syarat di Gaza
- Jabodetabek14 jam lalu
Jumat, Layanan SIM Keliling Hadir di Lima Lokasi Jakarta
- Dunia22 jam lalu
Yunani Dilanda 9.500 Kebakaran Hutan Sepanjang 2024, Angka Kebakaran Naik 75 Persen
- Jabodetabek10 jam lalu
Ledakan Mesin Pompa SPBU di Duren Sawit, Polisi Lakukan Penyelidikan
- POLITIK20 jam lalu
Tidak Gugat Hasil Pilkada ke MK, Pramono Ucapkan Terima Kasih pada RIDO & Dharma-Kun
- Olahraga12 jam lalu
Indonesia Pimpin Grup B ASEAN Cup 2024 Usai Imbang Lawan Laos
- Nasional23 jam lalu
Eddy Soeparno Raih Gelar Doktor, Studi Transformasi PAN Jadi Topik Disertasi