Connect with us

POLITIK

Partai Murba: Dari Tan Malaka hingga Pemilu 1955 dan 1999

Aktualitas.id -

Massa pendukung Partai Murba, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Partai Murba lahir dari peleburan beberapa organisasi sayap kiri pada 7 November 1948, dengan Tan Malaka sebagai motor ideologis di balik pembentukan partai. Tan menginginkan Murba menjadi partai massa yang berakar kuat di kalangan kaum murba golongan rakyat kecil yang mengandalkan tenaga kerja dan semangat kolektif. Namun, ambisi tersebut tidak sepenuhnya terwujud di panggung politik elektoral.

Pada Pemilu 1955, pemilu pertama yang demokratis di Indonesia pascakemerdekaan, Partai Murba memperoleh 199.588 suara dan berhasil menempatkan 2 wakil di parlemen. Hasil ini mencerminkan posisi Murba sebagai kekuatan politik yang hadir namun terbatas dalam basis massa. Sejarawan mencatat kegagalan Murba membangun jaringan kader yang solid sebagai salah satu faktor utama keterbatasan elektoralnya.

Sejak kelahirannya, Murba mengalami dinamika politik yang kompleks. Partai ini muncul dari konsolidasi berbagai kelompok kiri yang menentang kebijakan tertentu pemerintah awal kemerdekaan dan berusaha menawarkan alternatif politik. Tokoh-tokoh seperti Sukarni, St. Dawanis, dan Pandu Kartawiguna menjadi bagian kepemimpinan awal Murba, sementara Tan Malaka memilih tetap berperan di belakang layar.

Meski gagal menjadi kekuatan massa yang dominan, tokoh-tokoh Murba memainkan peran penting pada dekade 1950–1960-an dalam pemerintahan dan perpolitikan nasional. Perjalanan Murba kemudian diwarnai pembubaran, rehabilitasi, fusi, dan kebangkitan kembali pada beberapa periode, termasuk upaya tampil pada Pemilu 1999 setelah era Orde Baru. Namun, seperti pada 1955, upaya tersebut tidak menghasilkan kursi parlemen yang signifikan.

Kegagalan Murba membangun basis massa yang kuat sering dikaitkan dengan kelemahan organisasi, kepemimpinan yang tidak konsisten, dan keterbatasan jaringan kader di akar rumput. Meski demikian, pemikiran Tan Malaka tentang perjuangan kelas, kemandirian rakyat, dan strategi politik tetap menjadi rujukan intelektual bagi sebagian kalangan hingga kini. (Mun)

Continue Reading

TRENDING

Exit mobile version