Keajaiban Umbul Ponggok dan Zaman Digital


Kesuksesan Umbul Ponggok karena mendapatkan momentum masifnya promosi lewat medsos.

AKTUALITAS.ID – Setelah mendapatkan penjelasan singkat dari instruktur mengenai wisata alam Umbul Ponggok, Fergi diarahkan untuk pemanasan terlebih dahulu. Setelah merasa yakin dengan keamanan alat yang dipakai, Fergi pun memberanikan diri menyelam bersama tujuh rekan lainnya.

“Saya menyelam untuk berfoto-foto di dalam air. Awalnya ngeri juga karena gak bisa renang dan takut tenggelam. Tapi instrukturnya meyakinkan para pengunjung, hingga kami semua menyelam deh,” kata Fergi seperti dilansir Republika.Era Medsos dan Keajaiban Umbul Ponggok

Warga Kota Bekasi ini memang belum lama ini berkunjung ke Umbul Ponggok lantaran menjadi destinasi wisata paling populer di media sosial (medsos). Berbagai foto-foto aktivitas pengunjung yang menyelam dan berfoto di dasar kolam yang menyebar di Instagram, Facebook, hingga Twitter, membuat Fergi dan rekan-rekannya tertarik berwisata ke tempat pemandian alami di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tersebut.

Sambil tertawa, Fergi mengenang, instruktur berkali-kali meminta pengunjung untuk tidak perlu takut menyelam demi bisa berfoto di dasar kolam. Pasalnya, setiap penyelam diberi semacam pemberat untuk menahan lebih lama di dasar kolam supaya mendapat angle foto bagus. “Kita diinstruksikan untuk rileks, meski Fergi kerap mau ke atas karena ngapung sih. Terus kita dituntun sampai dasar air dan dilepas, untuk difoto,” kata Fergi.

Sempat khawatir tidak bisa bernapas dalam air, Fergi ternyata bergembira ketika bisa berjalan-jalan di dasar kolam. Tidak mau berlama-lama, ia pun memilih berpose mengendari motor vespa kuning. Fergi mengaku susah senyum lantaran tidak bisa konsentrasi ketika berada di dasar kolam. Alhasil, ia harus mengulang beberapa gaya demi mendapatkan foto bagus. 

“Banyak pemandangan ikan-ikan kecil berlalu lalang. Sempat mengira air kotor, ternyata di bawah airnya jernih sekali dan dingin banget, tapi saya puas,” kata Fergi yang sejurus kemudian lega lantaran bisa naik ke permukaan.

Selesai berenang bersama rekan-rekannya di kolam dengan lebar 38 meter dan panjang 70 meter ini, Fergi pun langsung melihat hasil foto underwater. Sejurus kemudian, ia mengunggah fotonya di update status Whatsapp dan medsos hingga dikomentari teman-temannya yang ikut penasaran tentang Umbul Ponggok. Dia merasa perjuangannya sebanding dengan hasil foto yang didapat di dasar kolam, dan pengalaman itu sungguh berkesan baginya.

Wisnu, warga Jakarta juga memiliki pengalaman sulit dilupakan ketika berlibur ke Umbul Ponggok. Dia bersama rekan-rekannya rela naik mobil ke Umbul Ponggok demi memuaskan rasa penasaran tentang foto di dalam air, yang dilihatnya di medsos. Dia pun menjajal langsung ke lokasi wisata yang tiket masuknya dikenakan Rp 15 ribu per pengunjung tersebut. 

Sebagai orang yang hobi renang dan menyelam, Wisnu menganggap, Umbul Ponggok menjadi wisata alternatif yang terjangkau dan menyajikan fasilitas lengkap. Wisnu berpendapat, keunggulan kolam alami ini menyuguhkan keindahan bawah air luar biasa. “Daya tariknya itu selain murah, juga jadi alternatif pecinta diving untuk latihan. Tapi sayangnya memang ramai sekali ketika musim liburan,” kata Wisnu.

Sebagaimana para pengunjung lainnya, Wisnu juga sempat berfoto di dasar kolam yang dipenuhi bebatuan kecil. Dia sempat menyewa pelampung dan alat snorkling dengan biaya Rp 15 ribu, yang bebas digunakan sepuasnya.

Tidak ketinggalan, ia juga merasakan sensasi berfoto di dalam kolam yang banyak titik Instagramable. Usai berenang, ia langsung mengunggah foto itu medsos miliknya. Benar saja, rekannya yang lain langsung bertanya tentang fotonya di dalam dasar kolam itu. Wisnu dengan senang hati menjelaskan apa adanya tentang lokasi wisata air alami itu kepada rekan-rekannya, yang di kemudian hari juga berkunjung ke Umbul Ponggok.

“Walau sudah menjadi ikon wisata Klaten, tapi saya memberi saran kepada pengelola agar tak terlalu mengeksploitasi kolamnya dengan berbagai wahana yang malah merusak pemandangan. Untuk lainnya sudah oke,” kata Wisnu.

Peran medsos

Keajaiban Desa Ponggok yang menjadi destinasi wisata unggulan di Klaten, bahkan Jawa Tengah, bukan datang tiba-tiba. Ada tangan-tangan kreatif yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri Ponggok, yang berhasil menjadikan desa miskin itu menjadi salah satu desa sukses yang menjadi percontohan nasional.

Direktur BUMDes Tirta Mandiri Ponggok, Joko Winarno mengatakan, pengurus BUMDes Ponggok dibentuk pada 2009, namun mencapai titik balik pada akhir 2013 dan awal 2014. Selain perancanaan matang terkait promosi tempat wisata, Umbul Ponggok bisa dikenal banyak orang berkat bisa memanfaatkan momentum meledaknya jumlah pengguna medsos. 

“Waktu itu secara momentum tepat, bergesernya orang memakai BlackBerry Messenger ke WhatsApp yang membuat orang mudah menyebar dan berbagi foto. Banyak orang selfie yang berkunjung, akhirnya berbagi foto di medsos dan WA hingga membuat Umbul Ponggok terkenal,” kata Joko.

Dia menerangkan, pengurus BUMDes Ponggok pada awalnya hanya modal pas-pasan dengan melakukan kunjungan ke Bali untuk belajar mengelola tempat wisata. Setelah mendapat gagasan dari Pulau Dewata, pihaknya menggandeng komunitas menyelam dari Yogyakarta. Hal itu lantaran BUMDes ingin memaksimalkan keberadaan empat sumber alami yang mengalir di Desa Ponggok.

Selain mengincar pengunjung yang ingin berenang di Umbul Ponggok yang menjadi kolam alami paling besar dibandingkan tiga kolam lainnya, pihaknya juga menawarkan persewaan alat selam bagi pengunjung. Dengan begitu, pengelola bisa mendapat pemasukan dobel. Karena fasilitas masih terbatas, sambung dia, pada awalnya tiket masuk hanya dikenakan Rp 3.000, kemudian 5.000, berikutnya naik menjadi Rp 10 ribu, dan sekarang ditetapkan Rp 15 ribu per pengunjung.

Joko mencatat, mulai 2012, jumlah pengunjung mulai menunjukkan angka menggembirakan hingga BUMDes meraih pendapatan kotor sebesar Rp 150 juta. Setahun kemudian, pendapatan meningkat empat kali lipat menjadi Rp 600 juta. Pada 2014, pendapatan menembus angka psikologis sebesar Rp 1,1 miliar. 

Kemudian, pada titik awal 2014, pemegang ponsel Android melonjak drastis yang diikuti populernya Instagram. Sejak saat itu, ia bersama pengurus BUMDes lain terus berinovasi menyediakan ruang bagi pengunjung agar memiliki ikatan dengan Umbul Ponggok. Menurut Joko, pada titik itu, peran medsos sangat kuat dalam mempromosikan Umbul Ponggok. 

Pihaknya pun melakukan survei kepada pengunjung untuk mendapatkan masukan apa saja fasilitas yang perlu ditambah. Akhirnya, dibuat keputusan pengelola menyediakan jasa foto prewedding, dan diikuti foto dalam air dengan menempatkan berbagai objek di dasar kolam.

“Dulu konsep kita kan marketing berbasis masyarakat, setiap pengurus BUMDes kami minta posting dan pengunjung juga agar Umbul Ponggok terkenal. Kemudian berkembangnya medsos ini (jadi) salah satu faktor yang memudahkan mempromosikan tempat wisata ini,” ucap Joko.

Ternyata, keputusan itu membuahkan hasil signifikan. Joko mengungkapkan, sejak disediakan sewa kamera bawah air semakin banyak orang tergerak untuk berfoto dengan sepeda, sepeda motor, vespa, becak, sampai kursi bertanda love, menjadi incaran pengunjung. Selain bisa mendapatkan pemasukan dari paket menyelam dan sewa foto dalam air, pihaknya juga merasakan promosi Umbul Ponggok di medsos semakin masif. 

Pasalnya pengunjung selalu bangga dapat berfoto di dasar air bening dengan latar belakang ikan berbagai jenis, yang kemudian diunggah di akun medsos masing-masing. Joko pun merasakan Umbul Ponggok seolah naik kelas menjadi lokasi wisata unggulan, karena setiap orang membincangkannya, dan banyak pejabat daerah maupun pusat melakukan studi banding untuk belajar pengelola Umbul Ponggok.

“Jadi ide kreatif ini dulu muncul karena kami ingin ada tempat Instagramable. Kami pun mencoba mewadahi pengunjung yang rata-rata anak muda untuk bisa berfoto. Dengan mendatangkan barang bekas dari pasar di Yogya dan Solo, jadi lah konsep seperti sekarang,” kata Joko.

Berkat sentuhan tangan dingin Joko dibantu pengurus BUMDes, pemasukan kas desa terus melonjak. Jika pada 2015 sanggup mengumpulkan Rp 6,1 miliar maka pada 2016 berhasil meraup Rp 10,3 miliar. Pada 2017, pihaknya bisa mengoleksi pendapatan sampai Rp 12 miliar. Adapun pemasukan selama 2018, tercatat Rp 14 miliar. Pada tahun ini, pihaknya menargetkan bisa mencatatkan pendapatan di angka Rp 18 miliar.

Sejahtera bersama

Joko menerangkan, pemasukan itu tidak membuat pengurus BUMDes terlena hanya dengan mengandalkan pemasukan dari tiket Umbul Ponggok. Pihaknya belum lama ini melakukan diversifikasi usaha dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk mendirikan home stay, rumah makan, hingga penyewaan gedung dan kendaraan, yang modalnya berasal dari BUMDes. 

Dengan melakukan pengembangan usaha, pihaknya ingin masyarakat Desa Ponggok sama-sama menikmati kesejahteraan yang bersumber dari sektor pariwisata. “Kami investasikan agar semakin berkembang. Target tahun ini harapannya sampai Rp 18 miliar. Kalau dulu hanya 30 KK (kepala keluarga) yang ikut BUMDes, sekarang 640-an KK terlibat dalam pariwisata ini,” kata Joko.

Joko mengungkapkan, saat ini, rata-rata pengunjung mencapai 20 ribu-30 ribu per bulan. Sedangkan ketika ada libur Lebaran atau akhir tahun, pengunjung bisa mencapai 50 ribu orang. Joko menjelaskan, melihat semakin membludaknya pengunjung, pihaknya juga mendorong desa tetangga untuk membuka kolam air sebagai lokasi wisata alternatif. Hal itu agar ketika Umbul Ponggok dipenuhi pengunjung, maka turis yang ingin kenyamanan bisa memilih berkunjung ke kolam sebelah. 

Hasil dari evaluasi yang dilakukan pengurus BUMDes, menurut Joko, didapati ada keluhan terkait kenyamanan pengunjung yang berkurang ketika dalam suasana ramai. Dia mengibaratkan pada musim liburan pengunjung seolah seperti cendol kala berebut berenang di kolam yang sumber airnya mengeluarkan debit air 800 liter per detik tersebut. 

Pihaknya tetap optimistis, pemasukan akan terus meningkat, meskki harus berbagi pengunjung dengan desa tetangga. Kondisi itu bisa tercapai kalau pengurus bisa terus melakukan inovasi dan tak hanya mengejar jumlah pengunjung. “Sekarang kami orientasinya bukan profit semata, tapi benefit agar warga kanan kiri Desa Ponggok ikut menikmati dan terlibat kepariwisataan,” kata Joko.

Lantaran pendapatan Desa Ponggok sangat besar, Joko menyadari, ada kewajiban yang harus dipenuhi BUMDes terkait pembayaran pajak kepada negara. Dia pun mendeklarasikan wilayahnya sebagai desa taat pajak dengan menyetorkan pendapatan secara transparan. Pihaknya ingin menjadi contoh agar dari desa tertinggal, kini Desa Ponggok malah bisa berkontribusi terhadap negara ketika berhasil mengelola potensi wisata hingga mendatangkan pendapatan bagi BUMDes.

“Ponggok sekarang banyak dilirik, sehingga banyak kewajiban pemerintah desa yang harus diberikan, seperti kami tertib pajak tahunan,” ucap Joko.

Sumber: Republika

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>