Berita
RUU Omnibus Law Ciptaker, Anggota DPR Nilai Membuat Pemerintahan Sentralistik
AKTUALITAS.ID – Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS, Slamet menilai RUU Cipta Kerja tidak sejalan dengan semangat demokrasi di Indonesia. Dia mengatakan RUU Cipta Kerja terkesan ingin merampas demokrasi dan penerapan otonomi daerah dengan berbagai ketentuan yang memberikan kewenangan besar bagi pemerintah pusat. Dia mencontohkan, misalnya Pasal 19 RUU Cipta Kerja yang mengubah UU […]

AKTUALITAS.ID – Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS, Slamet menilai RUU Cipta Kerja tidak sejalan dengan semangat demokrasi di Indonesia. Dia mengatakan RUU Cipta Kerja terkesan ingin merampas demokrasi dan penerapan otonomi daerah dengan berbagai ketentuan yang memberikan kewenangan besar bagi pemerintah pusat.
Dia mencontohkan, misalnya Pasal 19 RUU Cipta Kerja yang mengubah UU Nomor 27 Tahun 2007 Juncto UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
“Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang dipimpin oleh pemerintahan yang sentralistik dan diktator. Bukan hanya itu, peraturannya juga berpotensi mengancam kelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, justru berpotensi meningkatkan kesejahteraan pengusaha, bahkan asing,” kata Slamet dalam keterangannya, Kamis (4/6/2020).
Slamet memaparkan, segala perizinan yang semula diterbitkan oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota, semuanya dialihkan kepada pemerintah pusat. Beberapa poin penting dalam Undang-Undang yang dibuat oleh DPR RI, semua diubah menjadi Peraturan pemerintah.
“Ada hal krusial pada pasal 26A (2) di mana kalimat ‘penanaman modal asing harus mengutamakan kepentingan nasional’, itu dihilangkan. Hal krusial lain terdapat di pasal 26A (4) mengenai persyaratan pemberian izin diantaranya: ‘menjamin akses publik; tidak berpenduduk; belum ada pemanfaatan oleh masyarakat lokal; bekerja sama dengan peserta Indonesia; melakukan pengalihan saham secara bertahap kepada peserta Indonesia; melakukan alih teknologi; dan memperhatikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi pada luasan lahan’. Itu semua dihilangkan,” papar Slamet.
Dia mendesak draf RUU Cipta Kerja dikembalikan kepada eksekutif untuk disusun kembali. Penyusunan kembali draf tersebut bertujuan juga untuk memberikan hak bagi pemerintah provinsi dan kota/kabupaten terkait pembuatan aturan rinci yang ringkas di tingkat provinsi dan daerah dan peluang untuk mendapatkan pendapatan daerah.
“Tak lupa memberikan hak legislasi kepada DPR untuk memastikan bahwa persyaratan penting atau krusial tetap ada di Undang-undang,” pungkasnya.
-
EKBIS29/09/2025 08:30 WIB
Perbandingan Harga BBM Pertamina vs Swasta Terbaru September 2025, Siapa Paling Murah?
-
NUSANTARA29/09/2025 06:30 WIB
Hari Kesaktian Pancasila 2025, Masyarakat Diimbau Kibarkan Bendera
-
NASIONAL29/09/2025 10:00 WIB
Menkes Budi: Semua Dapur SPPG Wajib Kantongi Sertifikat Higienis demi Cegah Keracunan MBG
-
POLITIK29/09/2025 11:00 WIB
Dualisme Kepemimpinan PPP Usai Muktamar X Dinilai Cerminkan Krisis Internal Serius
-
NASIONAL29/09/2025 12:00 WIB
Kartu Pers Wartawan CNN Dicabut Mendadak, Ada Apa dengan Pertanyaan Program MBG?
-
NASIONAL29/09/2025 09:00 WIB
Eddy Soeparno: Lebih 60% Sungai Indonesia Tercemar, Perlu Kolaborasi Selamatkan Ekosistem
-
EKBIS29/09/2025 10:15 WIB
Awal Pekan, Rupiah Melemah 0,51% ke Level Rp 16.653 per Dolar AS.
-
EKBIS29/09/2025 11:15 WIB
Harga Emas Antam 29 September 2025 Melambung Tinggi, Sentuh Rp 2.198.000 per Gram