Berita
Inggris Akan Lakukan Karantina Wisatawan dari Negara Berisiko Tinggi Covid-19
Pemerintah Inggris akan melakukan karantina terhadap wisatawan dari negara yang memiliki tingkat kasus covid-19 tinggi. Karantina akan dilakukan di hotel selama sepuluh hari. Seorang sumber mengatakan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lebih memilih pendekatan yang jelas dan terukur daripada membuat semua wisatawan dari luar Inggris dikarantina. Melansir Daily Mail, wisatawan dari Brasil dan Afrika Selatan, […]
Pemerintah Inggris akan melakukan karantina terhadap wisatawan dari negara yang memiliki tingkat kasus covid-19 tinggi. Karantina akan dilakukan di hotel selama sepuluh hari.
Seorang sumber mengatakan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lebih memilih pendekatan yang jelas dan terukur daripada membuat semua wisatawan dari luar Inggris dikarantina.
Melansir Daily Mail, wisatawan dari Brasil dan Afrika Selatan, serta negara di sekitarnya adalah negara yang paling mendapat perhatian. Wisatawan dari seluruh negara itu akan langsung digiring ke hotel yang telah ditentukan oleh otoritas setibanya di Inggris untuk menjalani karantina selama sepuluh hari.
Johnson dilaporkan akan memimpin Komite Covid-O agar segera mengesahkan peraturan tersebut. Menariknya, wisatawan yang harus dikarantina itu harus menanggung sendiri biaya hotel tempatnya menjalani karantina.
Sementara itu, pemeriksaan langsung untuk mengkarantina pelancong dari semua negara juga akan ditingkatkan. Pemeriksaan akan dilakukan oleh polisi atau otoritas kesehatan Inggris.
Para pemimpin Uni Eropa dilaporkan sedang menyusun rencana untuk melarang penerbangan dari Inggris ke semua negara anggota. Kanselir Jerman Angela Merkel bahkan telah meminta negara anggota Uni Eropa bertindak serempak untuk mencegah gelombang baru virus.
Portugal dan Belanda telah menangguhkan penerbangan ke dan dari Inggris di tengah kekhawatiran atas varian covid baru.
Melansir Live Mint, karantina wisatawan dari luar negeri senada dengan kebijakan lockdown di Inggris yang akan dilangsungkan hingga 17 Juli 2021. Dua kebijakan itu dibuat karena jumlah kasus di Inggris semakin tidak terkendali.
Johnson mengatakan pemerintah tidak dapat mengurangi pembatasan penguncian karena kasus infeksi sangat tinggi dan vaksinasi belum menunjukkan hasil positif.
Di tengah kebijakan itu, tenaga medis di Inggris mengkritik pemerintah karena menunda pemberian dosis kedua vaksin covid-19 buatan Pfizer dan BioNTech. Pemerintah Inggris diketahui baru akan memberi dosis kedua pada 12 minggu lagi.
Lihat juga: Kenya Konfirmasi Kasus Varian Baru Corona dari Afsel
Hal itu dinilai bertentangan dengan anjuran. Pemerintah Inggris sedang memperluas jarak antara suntikan pertama dan kedua untuk memastikan sebanyak mungkin orang dapat diberi perlindungan dari dosis vaksin awal.
Dalam surat yang dibuat Asosiasi Medis Inggris mengatakan bahwa membuat interval 12 minggu untuk vaksin Pfizer bertentangan dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia. Mereka mendesak pemerintah untuk mengurangi jeda antara dosis pertama dan kedua hingga maksimal enam minggu saja.
Pfizer dan BioNTech telah memperingatkan bahwa tidak memiliki bukti bahwa vaksin mereka akan terus melindungi jika dosis kedua diberikan lebih dari tiga minggu setelah dosis pertama.
-
EKBIS29/10/2025 10:30 WIBKurs Rupiah Hari Ini 29 Oktober 2025 Tertekan, Dolar AS Menguat Jelang FOMC
-
FOTO29/10/2025 09:25 WIBFOTO: Suasana Diskusi KPU Bahas Tantangan Digitalisasi Pemilu
-
FOTO29/10/2025 05:13 WIBFOTO: Aksi Peduli Biruni Foundation di Hari Sumpah Pemuda
-
NASIONAL29/10/2025 13:00 WIBProvinsi Dengan Pendaftar Terbanyak Akan Terima Kuota Haji Lebih Besar
-
POLITIK29/10/2025 12:00 WIBBawaslu Minta KPU dan Pemerintah Segera Atur Penggunaan AI di Pemilu
-
EKBIS29/10/2025 08:30 WIBUpdate Harga BBM Pertamina 29 Oktober 2025: Cek Daftar Lengkap Harga Terbaru di Seluruh Indonesia
-
EKBIS29/10/2025 09:30 WIBBursa Saham RI Dibuka Merah, IHSG Turun ke Level 8.072 pada 29 Oktober 2025
-
POLITIK29/10/2025 11:00 WIBKPU: Digitalisasi Pemilu Memerlukan Peningkatan Kapasitas SDM

















