Berita
Pentingnya Remaja Paham Soal Kesehatan Reproduksi
AKTUALITAS.ID – Menjaga kesehatan alat reproduksi bagi para remaja sangatlah penting namun hal ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Padahal kesehatan reproduksi (kespro) penting untuk diketahui dan dilaksanakan. Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan banyak remaja yang masih sungkan untuk membicarakannya dengan orang tua mereka, begitu juga orang tua banyak yang merasa pembicaraan […]
AKTUALITAS.ID – Menjaga kesehatan alat reproduksi bagi para remaja sangatlah penting namun hal ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Padahal kesehatan reproduksi (kespro) penting untuk diketahui dan dilaksanakan.
Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan banyak remaja yang masih sungkan untuk membicarakannya dengan orang tua mereka, begitu juga orang tua banyak yang merasa pembicaraan ini merupakan halyang tabu.
“Padahal pendidikan tentang kesehatan reproduksi sangat penting untuk dilakukan sejak dini untuk mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan yang terkait dengan alat reproduksi pada remaja itu sendiri,” ungkap Mufida dalam sambutannya di acara Sosialisasi Pembangunan Keluarga Dalam Rangka Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder Tahun 2021, di Jakarta Selatan, Selasa (27/4/2021).
Menurutnya, pendidikan kesehatan reproduksi ini bisa diberikan di sekolah-sekolah, dan tidak harus dengan menunjukkan peraga alat kelamin langsung tetapi juga bisa dengan melalui animasi atau bisa dengan membuat dokumenter yang singkat namun jelas.
“Pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini dapat menjaga diri para remaja dari pergaulan bebas, lebih aware dengan perubahan pada dirinya dan juga dapat mendeteksi kelainan pada tubuhnya lebih dini,” katanya.
Dikesempatan yang sama, Koordinator Pelembagaan Program Bina Ketahanan Remaja Priyanti, mengatakan, hal tabu ini sebetulnya bisa menjadi edukasi bagi para remaja dan orang tua untuk mengetahui secara baik pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini.
Selain itu, kata Priyanti, hal ini nantinya para remaja dapat menjaga diri dalam pergaulan bebas, lebih aware dengan perubahan pada dirinya dan juga dapat mendeteksi kelainan pada tubuhnya lebih dini.
“Ketika ada seorang anak laki-laki yang masih kecil lalu testisnya ternyata tidak turun hal tersebut sebenernya bisa menyebabkan kanker nantinya. Gimana solusinya? Yaitu dioperasi, testis yang jadi kanker akan diangkat serta yang sehat tidak di apa-apakan. Begitupun dengan gondongan apabila menjangkit anak laki-laki akan mempengaruhi spermanya kelak. Begitu juga dengan anak perempuan, jika diumur 12 tahun blm menstruasi kita lihat apakah sudah ada bulu diketiak atau belum, payudaranya sudah tumbuh atau belum. Jika belum, kita tunggu sampai usia 16 tahun, jika masih belum ada tanda-tanda maka harus ke dokter untuk periksa kromosom karena ditakutkan ada kelainan,” jelasnya.
Lebih lanjut, dirinya mengklaim, BKKBN selalu melakukan terobosan-terobosan untuk mendekati para remaja terkait ketahanan remaja. Melalui program Generasi Berencana (GenRe) BKKBN mengembangkan ketahanan remaja di dalamnya. Program GenRe dikembangkan dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan.
Ini mengedukasi remaja untuk menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi. Kemudian, GenRe program yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda. GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan karakter bangsa karena mengajarkan remaja untuk menjauhi pernikahan dini, seks pranikah dan napza guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.
Dirinya menjelaskan, program GenRe dilakukan dengan pendekatan langsung terhadap remaja serta orang tua yang memiliki anak remaja. Pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja).
“Saat ini PIK Remaja berjumlah sekitar 23.579 tersebar di 34 Provinsi. PIK Remaja diharapkan menjadi wadah bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreatifitas dan saling tukar informasi dengan teman sebaya mereka,” bebernya.
Selain itu, menurut Kepala Bidang PK2 Ibni Sholehmengatakan, usia 12-13 tahun adalah puncak-puncaknya puberitas, dimana para remaja berubah dalam cara berfikirnya.
“cara pandang, apa yang mereka lakukan seolah sangat penting, conothnya, mudah emosi dan cenderung menjauh dari orang dewasa dan orang tua. Oleh karena itu, PIK Remaja menjadi wadah untuk para remaja bercerita kepada pendidiknya,”pungkas Ibni. [Jose Tarigan/Juniar]
-
NASIONAL01/12/2025 12:00 WIBKorban Meninggal Banjir di Sumut, Sumbar, dan Aceh Mencapai 442 Jiwa
-
NASIONAL01/12/2025 06:00 WIBUsut Viral Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera, Komisi IV DPR Panggil Kemenhut
-
RAGAM01/12/2025 01:00 WIBDua Penghargaan BRICS Award 2025 untuk Dua Sastrawan Dunia
-
JABODETABEK01/12/2025 05:30 WIBWaspada! BMKG Keluarkan Peringatan Dini Hujan Lebat untuk Jabodetabek
-
RIAU01/12/2025 15:30 WIBDampak Bencana Sumatera Harga Bahan Pokok Melonjak Tajam, Cabai Merah Tembus 140 Ribu/Kg di Pekanbaru
-
EKBIS01/12/2025 10:30 WIBRupiah Menguat ke Rp 16.655 per Dolar AS pada Awal Pekan
-
JABODETABEK01/12/2025 06:30 WIBDua Sopir di Depok Ditangkap karena Mencuri Uang Rp 430 Juta dari ATM Majikan
-
NASIONAL01/12/2025 07:00 WIBPrabowo Minta Seluruh Kekuatan Nasional Terjun Tangani Bencana di Sumatra

















