Connect with us

Berita

Sejak Kudeta, Myanmar Tembus Rekor Covid Harian Terbanyak

Myanmar mencatat rekor kasus harian Covid-19 terbanyak sejak kudeta militer pecah pada Februari lalu. Sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Myanmar mencatat 373 kasus baru pada Minggu (13/6). Sebelumnya, lonjakan tertinggi di Myanmar terjadi pada 4 Juni, yatu 212 kasus. Salah satu lonjakan tertinggi terjadi di kota-kota yang berada di Kawasan Sagaing dan negara bagian Chin karena […]

Published

pada

Myanmar mencatat rekor kasus harian Covid-19 terbanyak sejak kudeta militer pecah pada Februari lalu.

Sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Myanmar mencatat 373 kasus baru pada Minggu (13/6). Sebelumnya, lonjakan tertinggi di Myanmar terjadi pada 4 Juni, yatu 212 kasus.

Salah satu lonjakan tertinggi terjadi di kota-kota yang berada di Kawasan Sagaing dan negara bagian Chin karena berbatasan dengan India.

Sejak pekan lalu, Kawasan Sagaing melaporkan sekitar 20 hingga 70 kasus Covid-19 dalam sehari. Kebanyakan kasus ditemukan di Kota Kale dan Tamu.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar, sekitar 15-50 kasus Covid terdeteksi di Kale setiap harinya sejak awal Juni lalu. Sementara itu, Tamu melaporkan 11-40 kasus per hari di periode yang sama.

Kasus di Myanmar diperkirakan lebih besar dari yang dilaporkan, apalagi jumlah tes Covid-19 masih sangat kecil di tengah kudeta militer. Myanmar pun dikhawatirkan menjadi episentrum ledakan Covid-19.

Koordinator kesehatan Federasi Internasional Palang Merah, Abhishek Rimal, mengatakan bahwa Myanmar kini sedang menghadapi dua bencana, yaitu konflik dan peningkatan Covid-19, dan keduanya saling memengaruhi.

Rimal menyoroti keadaan di perbatasan Myanmar yang kacau balau. Menurutnya, perbatasan Myanmar harusnya memperketat protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19.

Namun sementara itu, perbatasan Myanmar kini dipadati para warga yang ingin kabur dari konflik dengan aparat.

“Jika ada banyak pengungsi bergerak, kesehatan publik dan pembatasan sosial akan dipertaruhkan. Tinggi kemungkinan akan ada klaster baru Covid-19 yang datang dari pergerakan migran dari satu negara ke negara lain,” ujar Rimal ke Asian Insider.

Seorang peneliti dari Program Myanmar di Universitas Harvard, Pwint Htun, pun khawatir akan ada varian baru virus corona dari Myanmar yang bisa menyebar di kawasan Asia Tenggara.

“Covid-19 mungkin dapat lebih menyebar dari yang disadari publik. ASEAN bahkan bisa menghadapi varian baru dari Myanmar,” tutur Pwint Htun.

Tak hanya di perbatasan, penanganan Covid-19 di pusat Myanmar juga terbengkalai, apalagi sebelum kudeta saja sistem kesehatan di negara itu memang sudah kewalahan.

Reuters melaporkan bahwa berbagai rumah sakit di pusat Myanmar kini mulai kekurangan oksigen, peralatan medis, hingga listrik untuk perawatan pasien Covid-19.

Trending

Exit mobile version