Connect with us

Dunia

Israel Pertimbangkan Meningkatkan Tekanan terhadap Hamas setelah Gencatan Senjata dengan Hizbullah di Lebanon

Published

pada

AKTUALITAS.ID – Israel kemungkinan besar akan meningkatkan tekanan terhadap Hamas di Gaza dalam waktu dekat setelah menyepakati gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah di Lebanon pada Selasa (26/11/2024). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa gencatan senjata ini memberi kesempatan bagi Israel untuk lebih fokus pada ancaman dari Hamas, yang telah digempur sejak Oktober 2023.

Netanyahu mengatakan bahwa dengan Hizbullah tidak terlibat, Hamas akan menghadapi tekanan yang lebih besar. “Ketika Hizbullah tidak terlibat, Hamas akan sendirian dalam pertempuran. Tekanan kami terhadapnya akan meningkat,” ujar Netanyahu dalam pidato televisi yang disiarkan pada Rabu (27/11/2024).

Ia juga menambahkan bahwa gencatan senjata ini memberikan waktu bagi Israel untuk fokus pada ancaman Iran, yang merupakan pendukung utama Hizbullah dan Hamas. Israel dan sekutunya telah berulang kali menanggapi serangan dari Iran, termasuk peluncuran rudal dan pesawat nirawak ke wilayah Israel.

Namun, kesepakatan ini tidak berjalan mulus di dalam pemerintahan Israel. Beberapa anggota kabinet, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, menentang gencatan senjata tersebut. Ben Gvir menyebutkan bahwa kesepakatan ini berpotensi menjadi “kesempatan bersejarah yang terlewatkan untuk membasmi Hizbullah.”

Menurut jajak pendapat kilat oleh Channel 12 Israel, 37 persen warga Israel mendukung gencatan senjata, sementara 32 persen menentangnya, dan 31 persen belum mengambil sikap.

Presiden AS, Joe Biden, juga mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Lebanon akan mulai berlaku pada Rabu (27/11) pukul 04.00 waktu setempat, yang bertepatan dengan pukul 09.00 WIB. Biden menyebutkan bahwa selama 60 hari ke depan, pasukan Lebanon akan mengambil alih kendali wilayah mereka yang sebelumnya dikuasai Israel, sebagai bagian dari kesepakatan yang dirancang untuk menghentikan permusuhan secara permanen.

Menurut kesepakatan ini, pasukan Israel akan mundur dari Lebanon selatan, sementara tentara Lebanon akan ditempatkan di wilayah tersebut. Hizbullah juga akan menghentikan kehadirannya yang bersenjata di sepanjang perbatasan selatan Sungai Litani.

Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, menyatakan bahwa tentara Lebanon siap mengerahkan setidaknya 5.000 personel untuk mengamankan wilayah Lebanon selatan setelah mundurnya pasukan Israel, dengan Amerika Serikat berperan dalam rehabilitasi infrastruktur yang hancur akibat serangan Israel. (Damar Ramadhan)

Trending

Exit mobile version