Connect with us

DUNIA

Gaza Memanas: Israel Siapkan Serangan Darat Skala Besar di Tengah Krisis Sandera

Aktualitas.id -

Pasukan Israel berpatroli di sepanjang jalan selama operasi militer di Jalur Gaza utara. (Dok. AFP)

AKTUALITAS.ID – Militer Israel dilaporkan sedang mempersiapkan mobilisasi pasukan cadangan dalam skala besar sebagai indikasi kuat akan adanya perluasan operasi darat di Jalur Gaza. Langkah ini diambil di tengah krisis jumlah pasukan Israel dan meningkatnya tekanan publik terkait nasib para tawanan yang ditahan oleh Hamas.

Menurut laporan harian Israel Yedioth Ahronoth, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan menggelar konsultasi keamanan dengan para menteri senior dan pejabat militer hari ini untuk membahas isu krusial ini. Surat kabar tersebut juga melaporkan “dalam beberapa hari terakhir, beberapa petugas cadangan telah menyiagakan unit mereka untuk bersiap menghadapi panggilan mendadak.”

Ketegangan mencapai puncaknya pada Kamis lalu ketika Netanyahu secara terbuka menyatakan tujuan militer Israel memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan upaya penyelamatan para tawanan. Pernyataan ini muncul setelah Hamas menawarkan proposal pertukaran seluruh tawanan Israel dengan gencatan senjata penuh, penarikan total pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Proposal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Netanyahu dan pemerintahannya.

Sementara itu, militer Israel dalam beberapa pernyataan terakhir mengisyaratkan pengerahan pasukan cadangan akan dilakukan secara “hati-hati dan bertanggung jawab, berdasarkan pertimbangan obyektif dan profesional.”

Di sisi lain, pemimpin Hamas Abdel Rahman Shadid menegaskan perlawanan Palestina di Gaza, yang dipimpin oleh Brigade Qassam, terus memberikan perlawanan sengit terhadap “mesin perang Israel.” Ia menyatakan bahwa meskipun menghadapi “pemboman, pembantaian, dan pengepungan,” mereka berhasil “melelahkan tentara musuh dan menimbulkan kerugian berturut-turut pada tentara, peralatan, dan moral.”

Shadid juga menyebut “perlawanan di Gaza telah mengubah medan pertempuran menjadi medan pertempuran jangka panjang, di mana pendudukan mengalami kegagalan tanpa mencapai hasil apa pun.” Ia menambahkan bahwa “front internal perlawanan tetap bersatu dengan kemauan yang kuat, mempertahankan inisiatif dan menegaskan bahwa Gaza bukanlah sasaran empuk.”

Dalam pidatonya, Shadid juga menyoroti agresi Israel yang berkelanjutan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, termasuk serangan harian, penghancuran rumah, dan pengusiran keluarga Palestina. Ia mengecam tindakan Israel di Gaza sebagai “kejahatan genosida dan kelaparan sistematis,” dan menuding pemerintah AS serta negara-negara pendukung Israel terlibat dalam kejahatan tersebut. Ia juga menyerukan negara-negara Arab untuk menggunakan pengaruh mereka menghentikan agresi ini.

Shadid lebih lanjut menyatakan Jalur Gaza telah memasuki fase “kelaparan total dan malnutrisi parah,” menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang sistematis” untuk menundukkan rakyat Palestina. Ia juga mengecam serangan Israel terhadap kapal-kapal solidaritas di perairan internasional.

“Pendudukan Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi penjara besar di mana banyak nyawa mati karena kelaparan dan penyakit dalam kejahatan genosida yang dilakukan secara perlahan dan dilakukan dengan darah dingin di hadapan seluruh dunia,” tegas Shadid. Ia menuduh Israel melanggar Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional, serta mengkritik PBB dan komunitas internasional atas “sikap diam yang meresahkan dan ketidakmampuan untuk menghentikan kejahatan yang sedang berlangsung.”

Shadid mengutip laporan lapangan yang menyebutkan lebih dari satu juta anak di Gaza menderita kelaparan setiap hari dan lebih dari 65.000 kasus gizi buruk parah telah mencapai rumah sakit di tengah kehancuran sektor kesehatan, penutupan perbatasan, dan penolakan bantuan kemanusiaan. “Anak-anak di Gaza dibunuh karena berkurangnya susu, bukan hanya karena pengeboman,” pungkasnya. (Mun)

TRENDING

Exit mobile version