DUNIA
Gantikan Budi Daya Opium Petani Afghanistan Beralih ke Hortikultura
 
																								
												
												
											AKTIALITAS.ID – Pemerintah sementara Afghanistan telah berupaya mencari strategi alternatif bagi para petani untuk menghentikan penanaman, penyelundupan, dan perdagangan narkotika melalui berbagai cara. Para pejabat setempat telah meluncurkan kampanye kesadaran publik dan menawarkan alternatif pertanian.
Noor Agha, seorang petani lokal yang telah bertani selama lebih dari satu dekade di Afghanistan bagian timur dan selatan, kini bekerja di antara pohon apel dan ceri dengan sekop di tangan dan senyuman di wajahnya.
“Dulu, orang-orang menanam opium, yang merupakan bencana dan tidak menguntungkan siapa pun. Kini kami menanam bibit, gandum, dan kentang. Ketika pohon apel berbuah, pendapatannya ideal,” kata Agha kepada Xinhua.
Sentimennya mencerminkan pergeseran yang lebih luas di seluruh negeri, di mana pemerintah sementara Afghanistan telah mengintensifkan kampanyenya melawan penanaman tanaman narkotika.
“Ketika kami menanam opium, itu merugikan semua orang; keluarga, kerabat, dan negara. Orang-orang menjadi kecanduan, dan proses pemulihannya sulit,” tutur Agha.
Terlepas dari warisan Afghanistan sebagai salah satu produsen opium ilegal terbesar di dunia, pemerintahan saat ini meluncurkan upaya untuk memberantas tanaman tersebut, dengan menyediakan benih dan sumber daya alternatif bagi para petani.
Zargo Stanikzai, seorang petani berusia 44 tahun dari Distrik Nirkh, Provinsi Wardak adalah salah satu dari mereka yang menerima perubahan tersebut. Di lahannya yang seluas sekitar 4.000 meter persegi, ia kini menanam almond, persik, apel, dan ceri, tanaman yang diyakininya menjanjikan masa depan yang cerah.
“Kehidupan kami berjalan dengan baik. Lima orang bekerja di sini bersama saya, dan kami bahagia. Berkebun lebih baik daripada tanaman lain,” kata Stanikzai kepada Xinhua.
Kini pendapatan Stanikzai mencapai hingga 1 juta afghani (1 afghani = Rp231) atau setara sekitar 14.224 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.292) per tahun dari kebunnya dan ia berharap lebih banyak lagi warga Afghanistan yang beralih ke hortikultura.
“Akan sangat baik jika orang-orang berfokus pada pertanian dan berkebun. Berkebun lebih menguntungkan daripada opium dan pekerjaannya bersih dan bebas dari masalah. Masa depan generasi muda kami rusak karena opium. Saya akan sangat senang jika tidak ada lagi orang yang menanamnya,” katanya.
Meski demikian, Stanikzai tetap mengungkapkan keprihatinannya atas kekeringan yang terus berlanjut dan mendesak masyarakat internasional untuk tidak meninggalkan petani Afghanistan sendirian dalam memerangi perubahan iklim.
Direktur Informasi dan Kebudayaan di Provinsi Wardak Mawlawi Habibullah Mujahid, mengatakan Adalah tugas kami untuk memberikan edukasi kepada orang-orang. Kami perlu meyakinkan masyarakat bahwa menanam opium itu salah.
Mujahid juga mengkritik dampak kehadiran militer Amerika Serikat (AS) dan menyalahkannya atas lonjakan kecanduan dan produksi narkoba. Kini, kata dia, komisi antinarkotika aktif di tingkat provinsi.
“Jika ada yang menanam opium, komisi tersebut akan memeriksa ladangnya dan menghancurkan tanamannya,” ujarnya.
Terlepas dari upaya lokal, Mujahid menyebutkan bahwa belum ada organisasi internasional yang menawarkan dukungan langsung dalam memerangi budi daya tanaman narkotika di Wardak.
Pada September 2024, pemerintah sementara Afghanistan membentuk komisi tinggi yang beranggotakan 27 orang untuk memerangi narkoba, mengobati pecandu serta mencegah perdagangan dan penanaman, sembari mendesak dukungan internasional yang lebih kuat untuk upaya antinarkoba. (Yan Kusuma/goeh)
- 
																	   EKBIS31/10/2025 10:30 WIB EKBIS31/10/2025 10:30 WIBHarga Komoditas Hari ini Cabai Rawit Rp40.600/Kg dan Telur Ayam Rp31.500/kg 
- 
																	   OLAHRAGA30/10/2025 23:00 WIB OLAHRAGA30/10/2025 23:00 WIBListyo Sigit Targetkan Balap Sepeda Indonesia Tembus Olimpiade 2028 
- 
																	   EKBIS31/10/2025 08:30 WIB EKBIS31/10/2025 08:30 WIBRupiah Menguat Jadi Rp16.620 Per Dolar AS 
- 
																	   EKBIS30/10/2025 23:31 WIB EKBIS30/10/2025 23:31 WIBBelanja Negara di Dua Papua Capai Rp15,6 Triliun, DJPb Gencarkan Pendampingan Daerah 
- 
																	   NASIONAL31/10/2025 05:30 WIB NASIONAL31/10/2025 05:30 WIBJaga “Choke Point”, Indonesia Akan Produksi 30 Kapal Selam Nirawak 
- 
																	   NASIONAL31/10/2025 09:00 WIB NASIONAL31/10/2025 09:00 WIBPrabowo: Cari Skema Terbaik Atasi Whoosh 
- 
																	   OLAHRAGA31/10/2025 11:00 WIB OLAHRAGA31/10/2025 11:00 WIBJanice/Aldila Melaju ke Perempat Final WTA 250 
- 
																	   POLITIK31/10/2025 11:30 WIB POLITIK31/10/2025 11:30 WIBAnggota DPR: Penurunan BPIH Harus Diikuti Dengan Mutu Pelayanan Haji 

 
																	
																															 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	











 
											 
											 
											 
											 
											 
											




