Connect with us

DUNIA

Peneliti China Kembangkan Koktail Nanobodi Ampuh untuk Atasi Demam Kutu

Aktualitas.id -

Profesor Wu Xilin (tengah) bekerja dengan timnya di Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing di Nanjing, Provinsi Jiangsu, China, Kamis (20/11/2025). (Universitas Nanjing/Handout via Xinhua)

AKTUALITAS.ID – Tim ilmuwan dari China berhasil mengembangkan kombinasi nanobodi yang menunjukkan efektivitas kuat dan luas terhadap Severe Fever with Thrombocytopenia Syndrome (SFTS) atau demam kutu, penyakit menular berbahaya yang angka kejadiannya terus meningkat secara global.

Terobosan ini dipimpin Profesor Wu Xilin dari Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing, bekerja sama dengan sejumlah lembaga riset dalam negeri. Temuan tersebut dipublikasikan sebagai cover story jurnal Science Translational Medicine pada Kamis (20/11/2025), menandai langkah penting menuju tersedianya terapi spesifik bagi SFTS yang hingga kini belum memiliki pengobatan efektif.

“Kami telah memulai penelitian praklinis terhadap kombinasi nanobodi ini. Harapannya, kami dapat menghadirkan solusi obat yang mampu mengobati sekaligus mencegah SFTS,” ujar Wu.

SFTS biasanya muncul pada periode April hingga September, saat kasus gigitan kutu meningkat di area berumput dan wilayah alam liar. Infeksi ini menimbulkan gejala parah, termasuk demam tinggi dan penurunan drastis jumlah trombosit.

Sebelumnya, tim dari Universitas Nanjing pernah mengisolasi nanobodi generasi pertama dari alpaka yang menunjukkan keberhasilan awal dalam uji coba pada tikus. Namun, keberadaan berbagai subtipe virus SFTS menuntut pendekatan yang lebih luas.

Untuk itu, para peneliti mengembangkan strategi “terapi koktail”. Alpaka diimunisasi menggunakan antigen dari beberapa subtipe virus, kemudian disaring dua nanobodi paling efektif yang mampu menargetkan bagian virus yang konservatif dan memblokir infeksi. Kedua nanobodi tersebut lalu digabungkan menjadi satu formula pengobatan.

Hasil uji coba menunjukkan harapan besar: semua musang yang terinfeksi dan mendapatkan terapi kombinasi ini berhasil bertahan hidup. Jumlah virus dalam tubuh mereka turun hingga tak terdeteksi, disertai peningkatan signifikan jumlah trombosit dan berkurangnya kerusakan jaringan.

Terobosan ini membuka peluang besar bagi pengembangan obat SFTS di masa depan, sekaligus menjadi langkah penting bagi pengendalian penyakit yang selama ini menjadi ancaman kesehatan terutama di wilayah endemis. (DIN) 

TRENDING

Exit mobile version