Connect with us

NASIONAL

Program MBG Diharapkan Ciptakan Lapangan Kerja dan Dorong Kemandirian Masyarakat

Aktualitas.id -

Ilustrasi. Uji coba makan bergizi gratis di SD Islam Terpadu (SDIT) Al Ihsan Kebagusan, Jakarta Selatan, Kamis (24/10/2024). (Dok: ANTARA)

AKTUALITAS.ID – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, tetapi juga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di berbagai daerah.

Dalam keterangannya pada Rabu (9/4/2025), Dadan menjelaskan bahwa setiap Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) dirancang untuk melayani 3.000 hingga 4.000 penerima manfaat. Hal ini bertujuan menciptakan permintaan yang tinggi dan membuka peluang pasar baru yang terus berkembang (new emerging market).

“Secara ekonomi, program MBG berpotensi menciptakan lapangan kerja langsung di SPPG,” ujarnya. 

Ia merinci, tiga tenaga inti seperti kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan akan menjadi pegawai BGN dan digaji langsung melalui APBN. Sementara itu, tenaga pendukung seperti juru masak dan relawan mitra akan dibiayai melalui dana operasional yang disalurkan BGN kepada mitra pelaksana.

Tak hanya itu, program MBG juga membuka peluang bagi para pelaku usaha lokal, khususnya penyalur bahan baku makanan. Setiap SPPG setidaknya membutuhkan 15 penyalur baru. 

“Kalau satu penyalur mempekerjakan 2–5 orang, maka ini menciptakan lapangan kerja tidak langsung yang cukup signifikan,” kata Dadan.

Program ini juga mengundang keterlibatan lebih luas dari sektor swasta. Pengusaha atau yayasan dapat menjadi mitra resmi dengan mendaftar melalui situs mitra.bgn.go.id, dan berpeluang mendapatkan keuntungan ekonomi sembari berkontribusi pada pembangunan gizi nasional.

Lebih jauh, Dadan menekankan bahwa program MBG merupakan investasi strategis bagi masa depan bangsa. Dengan pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 3 juta jiwa per tahun, diperkirakan jumlah penduduk akan menyentuh angka 324 juta pada 2045. Namun, tantangan besar menghadang, mengingat mayoritas pertumbuhan tersebut berasal dari keluarga dengan tingkat pendidikan rata-rata sembilan tahun dan penghasilan kurang dari Rp1 juta per bulan.

“Presiden sangat resah. Anak-anak lahir dari keluarga yang rentan, pendidikan rendah, dan pendapatan terbatas. Ini mengancam kualitas SDM kita ke depan,” ujarnya.

Melalui MBG, pemerintah menargetkan intervensi pada dua fase krusial dalam kehidupan manusia: 1.000 hari pertama kehidupan (usia 0–2 tahun) dan masa remaja (usia 8–18 tahun). Dadan berharap, dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang, generasi muda Indonesia dapat tumbuh optimal, baik secara fisik maupun mental.

“Dengan MBG, kita ingin melahirkan generasi sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan,” pungkasnya. (PURNOMO/DIN) 

TRENDING

Exit mobile version