NUSANTARA
BMKG: Kekeringan Ekstrem Melanda Jawa Timur, NTT, dan NTB
AKTUALITAS.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami kekeringan ekstrem. Kondisi ini terjadi setelah hampir tiga bulan tanpa hujan.
Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan pada Rabu (24/7) bahwa 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di tiga provinsi tersebut mengalami kekeringan dengan kategori ekstrem. BMKG menekankan pentingnya langkah mitigasi dan penanggulangan yang segera dilakukan oleh berbagai pihak, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat.
Kekeringan ekstrem ini berpotensi menyebabkan gagal panen, perubahan periode tanam, penurunan ketersediaan air bersih, serta peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan di NTB, NTT, dan Jawa Timur. Oleh karena itu, upaya mitigasi perlu ditingkatkan khususnya di sektor-sektor tersebut hingga setidaknya September, yang diperkirakan menjadi akhir puncak musim kering tahun ini.
Selain itu, BMKG juga mengingatkan potensi gangguan kesehatan masyarakat, termasuk penyebaran penyakit demam berdarah yang bisa meningkat akibat musim kering.
Laporan dari tim ahli klimatologi BMKG mencatat bahwa hingga Sabtu (20/7), lima kabupaten dan kota di NTT telah mengalami kekeringan ekstrem sejak akhir Mei 2024. Wilayah-wilayah tersebut antara lain:
– Kota Kupang: Kecamatan Kota Raja, Alak, Maulafa, Kota Lama, Oebobo, Kelapa Lima (92 hari tanpa hujan)
– Kabupaten Belu: Kecamatan Atambua Selatan (91 hari)
– Sumba Timur: Pandawai, Kahaungu Eti (89 hari)
– Sabu Raijua: Sabu Barat, Hawu Mahera (76 hari)
– Kabupaten Kupang: Sulamu (64 hari)
Di Provinsi NTB, tiga kabupaten dan kota juga mengalami kekeringan ekstrem, yaitu:
– Lombok Timur: Kecamatan Sambelia (88 hari tanpa hujan)
– Bima: Belo, Palibelo (85 hari)
– Dompu: Pajo (85 hari)
Sedangkan di Provinsi Jawa Timur, kekeringan melanda 10 kabupaten dan kota, termasuk:
– Kota Probolinggo: Kecamatan Kademangan, Leces, Mayangan (90 hari tanpa hujan)
– Kabupaten Probolinggo: Gending, Sumber, Sumberasi, Kraksaan, Pajarakan (90 hari)
– Jember: Gumuk Mas (87 hari)
– Kediri: Ngadiluwih, Kras (87 hari)
– Kabupaten Pasuruan: Gondang Wetan, Pohjentrek (86 hari)
– Situbondo: Kapongan, Mangaran (86 hari)
– Banyuwangi: Pesawaran, Bajulmati, Alas Buluh (85 hari)
– Blitar: Kanigoto, Wonodadi, Udanawu, Sanakulon, Serengat (85 hari)
– Mojokerto: Tromilulan (85 hari)
– Tulungagung: Kalidawir, Karang Rejo, Rejotangan (85 hari)
Musim kering ini juga telah melanda 45 persen zona musim Indonesia hingga pertengahan Juli 2024, mencakup sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan.
Dengan situasi ini, BMKG mengimbau semua pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan upaya mitigasi guna mengurangi dampak kekeringan yang meluas ini. (NAUFAL/RAFI)
-
NASIONAL28/12/2025 14:50 WIBAkademisi Nilai Kebijakan Kementan Bangun Ekosistem Pangan Berkelanjutan
-
EKBIS28/12/2025 13:30 WIBHarga Emas Antam Hari Ini 28 Desember 2025 Cetak Rekor ATH Rp 2,605 Juta/gram
-
JABODETABEK28/12/2025 16:00 WIBPadamkan Kebakaran Rumah di Pademangan, Gulkarmat Kerahkan 54 Personel
-
RIAU28/12/2025 22:27 WIBPolda Riau Tutup 2025 Dengan Penurunan Kejahatan dan Penguatan Green Policing
-
OLAHRAGA28/12/2025 18:00 WIBIndonesia akan Jadi Tuan Rumah Sejumlah Turnamen Bulu Tangkis Internasional di 2026
-
EKBIS28/12/2025 19:00 WIBTujuh Mobil Tangki BBM Dikirim Pertamina Patra Niaga ke Bener Meriah
-
DUNIA28/12/2025 14:00 WIBKetua Asosiasi Palestina di Italia Ditangkap Terkait Aliran Dana Hamas
-
OTOTEK28/12/2025 15:30 WIBMedia Sosial Terancam Berubah Total, Aturan Baru New York Wajibkan Peringatan Dampak Algoritma

















