Connect with us

NUSANTARA

Korban Selamat  Al Khoziny Bertambah Jadi 104 orang

Aktualitas.id -

Tim SAR Gabungan melakukan Pencarian korban musala Pondok Al-Khoziny. (Antara)

AKTULAITAS.ID – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya bersama Tim Gabungan hingga Jumat malam pukul 23:00 WIB, kembali menemukan satu korban meninggal dunia di sektor A4. Dengan demikian, total jumlah korban meninggal akibat runtuhnya mushalla Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur menjadi 14 orang.

Basarnas Surabaya juga mencatat jumlah korban selamat bertambah menjadi 104 orang setelah satu santri yang sebelumnya hilang, dilaporkan dalam kondisi selamat.

Kepala Kantor Basarnas Surabaya Nanang Sigit kepada ANTARA, menyampaikan bahwa tambahan data tersebut berasal dari laporan wali santri pada hari Jumat sebelumnya, yang menyatakan bahwa satu santri tersebut menyelamatkan diri saat bangunan mushalla ambruk dan kemudian pergi ke rumah rekannya.

“Jumlah total sekarang 118 orang, dengan rincian 14 meninggal dunia dan 104 selamat,” kata Nanang di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025).

Ia menambahkan pada saat bangunan mushalla itu ambruk, santri tersebut lari keluar pondok dan menuju rumah rekannya. Santri tersebut dilaporkan hilang karena tidak memberikan informasi keberadaan dirinya kepada orang tua.

Orang tua dari santri tersebut, lanjutnya, berada di lokasi Ponpes Al Khoziny karena menduga korban tertimbun reruntuhan bangunan. Namun, pada hari Jumat (3/10), santri tersebut mendatangi ponpes, dan kemudian bertemu dengan orang tuanya.

“Kemarin ada santri satu datang atas nama Ibnu, dia dilaporkan hilang oleh orang tuanya. Orang tuanya menunggu di sini, waktu anaknya datang baru kami update data yang selamat,” katanya.

Proses pencarian, kata dia, masih difokuskan dengan membuka akses material reruntuhan menggunakan alat berat, namun tetap diawasi agar tidak membahayakan tubuh korban yang masih tertimbun.

Menurutnya, tim telah membongkar sekitar 60 persen material bangunan, meskipun pembongkaran dan pembersihan tersebut bukan tujuan utama dalam operasi tersebut.

“Tujuan utama bukan merobohkan seluruh bangunan, melainkan membuka akses untuk mempercepat evakuasi. Kalau sudah ada tanda-tanda korban, proses akan langsung dihentikan untuk dilakukan evakuasi,” ujarnya.

Selain itu, penggunaan ekskavator hanya difungsikan untuk membuka jalur dan bukan untuk mengangkat korban.

Tak hanya itu, lanjutnya, untuk memastikan keselamatan, setiap sektor dilengkapi petugas keselamatan yang memantau secara visual apabila ada indikasi korban.

Hingga kini, kata Nanang, laporan sementara dari wali santri menunjukkan masih ada 49 orang yang belum diketahui keberadaannya.

(Ari Wibowo/goeh)

TRENDING