Connect with us

OASE

Anarkisme Bukan Budaya Muslim dan Bukan Ajaran Islam

Aktualitas.id -

Warga melihat kondisi rangka puluhan mobil yang terbakar usai menjadi sasaran amukan massa aksi unjuk rasa di Kantor Polres Jakarta Timur, Matraman Jakarta, Sabtu 30 Agustus 2025. AKTUALITAS.ID/Dede Kurniawan

AKTUALITAS.ID – Aksi kekerasan yang terjadi ketika demonstrasi seolah menjadi bagian yang kadang tak terpisahkan bagi para pendemo. Lihat saja, setiap terjadi demonstrasi yang di berbagai kota ujung-ujungnya anarkisme.

Lalu, bagaimanakah Islam memandang aksi kekerasan yang dilakukan selama demonstrasi berlangsung. Merusak fasilitas, saling memukul, saling mencemooh, bahkan bisa juga menyebabkan hilagnya nyawa seseorang.

Kekerasan seperti itu tidak dibenarkan dalam agama dan negara dikarenakan melanggar hak asasi manusia.

Karenanya mengutarakan pendapat di depan publik merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang dasar pasal 28 tahun 1945. Namun berbeda ceritanya, ketika menyampaikan pendapat berujung pada anarkisme, dan aksi kekerasan itulah  yang disayangkan.

Agama manapun tidak menghalalkan sikap anarkisme yang merusak fasilitas di berbagai tempat.

كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِزْقِ اللهِ وَلَا تَعْثَوْافِى الْأَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Makan dan minumlah dari rejeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al Baqarah: 60)

Allah SWT sejatinya sudah memberikan rejeki berupa kenikmatan hidup, keluarga, agama dan negara. Maka, sebagai hamba yang beribadah kepada Allah SWT mengikuti nash Al Quran untuk tidak merusak bumi manusia untuk hidup dengan cara membakar bangunan, merusak hutan, merusak fasilitas umum dan kekerasan lainnya.

Nabi Muhammad SAW juga bersabda bahwa menasehati pemimpin itu bisa menghilangkan kedengkian dan kecurigaan masyarakat. Nabi mengatakan:


ثَلاَثٌ لاَ يُغَلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومِ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ

Artinya: “Ada tiga hal yang hati seorang muslim tidak menjadi dengki karenanya. Ikhlas beramal hanya untuk Allah, memberi nasehat kepada para penguasa, dan tetap bersama jama’ah karena doa (mereka) meliputi dari belakang mereka”. [HR. Tirmidzi no. 2658]

Dari segi pendekatan teologis normatif, melakukan kerusakan di muka bumi dilarang oleh agama melalui dalil Al Quran dan al Hadits. Ditinjau dari segi sosiologis, budaya kekerasan bukanlah tradisi warga Indonesia yang sangat dikenal dengan saling gotong-royong.

Lantas, dengan cara apakah kalau ada pemimpin yang tidak benar atau tidak adil. 

Pertama, menasehatinya. Tentunya menasehati disini dengan sikap sopan. Sejumlah perwakilan menghadap pimpinan untuk menasehatinya dengan kata-kata yang baik.

Kedua, mengajukan judicial review kepada yang berwenang jika ada undang-undang yang merugikan rakyat. Di Indonesia memiliki Mahkamah Konstitusi untuk banding masalah undang-undang yang bermasalah.

Ketiga, melakukan demonstrasi dengan mengutarakan pendapat di muka umum dijamin oleh konstitusional, namun dilakukan secara beradab. Jangan sampai mencemooh dan menghujat pemimpin. Bukankah hadits Rasulullah menjelaskan:

مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِيْ الأَرْضِ أَهَانَهُ اللهُ

Artinya: “Barangsiapa yang menghina pemimpin di muka bumi, niscaya Allah akan menghinakannya.”

Benar kata presiden RI pertama, “perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Sehingga, sebisa mungkin kekerasan antar sesama anak bangsa ini dihindari agar menjadi negara yang baldatun wa robbun ghofur. 

Amarah dan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Semangat persatuan dan kesatuan demi kemakmuran bersama harus ditingkatkan.

Tidak hanya sikap santun yang dimiliki oleh rakyat, namun dengan implementasi persatuan Indonesia akan bersikap arif dan bijaksana dalam mengutarakan pendapat di muka umum.

Sungguh ironis memang, sikap anarkisme ditunjukkan oleh mereka-mereka yang masih duduk di bangku sekolah. 

Semoga, demonstrasi kedepan lebih santun dan damai.

(Goeh wndh)

TRENDING