Connect with us

OTOTEK

Penipuan Baru di TikTok Shop Terungkap, Pelaku Pakai AI Jual Produk Palsu

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id - ai

AKTUALITAS.ID – Penipuan online di platform e-commerce semakin merajalela, dan kini TikTok Shop menjadi salah satu sasaran utamanya. Modus terbaru yang diungkap melibatkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif oleh penjahat siber untuk mengelabui pembeli, dengan risiko uang pelanggan ‘auto ludes’.

Nicolas Waldmann, Kepala Global TikTok Shop Governance and Experience, mengungkap bahwa para pedagang penipu kini menggunakan tool AI untuk membuat brand palsu dan produk tiruan secara masif. Tujuannya adalah memancing pengguna untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak pernah ada.

“Sejujurnya, ini adalah kejahatan terorganisir,” kata Waldmann, seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (7/11/2025).

Waldmann menjelaskan modus operandi para pelaku dengan sangat jelas. “Mereka pada dasarnya mencoba menjual, dan tentu saja, tidak pernah mengirimkan apa pun, lalu kabur membawa uang pelanggan,” jelasnya.

Perang ‘AI Melawan AI’
Meskipun penipuan semacam ini telah ada selama bertahun-tahun, penggunaan AI generatif telah meningkatkan kecanggihan metode pelaku. Hal ini membuat mereka lebih mudah mengelabui tim moderasi di berbagai platform, termasuk TikTok Shop dan Amazon.

Menghadapi hal ini, platform e-commerce tidak tinggal diam. Mereka juga mengandalkan AI untuk memberantas penipuan. “Kami menggunakan AI untuk berhadapan dengan AI,” tegas Waldmann.

TikTok, misalnya, menggunakan kombinasi moderasi manusia dan kecerdasan buatan untuk melacak akun serta iklan palsu. Langkah serupa juga dilakukan Amazon yang memuji perangkat AI-nya dalam melacak produk palsu.

700.000 Penjual Diblokir
TikTok Shop, yang merupakan prioritas utama perusahaan di bawah ByteDance, menunjukkan keseriusannya dalam memberantas penipuan. Dalam laporan baru yang diterbitkan Kamis (6/11), TikTok Shop mengklaim telah mengambil langkah tegas.

Dalam enam bulan pertama tahun 2025, platform ini telah menolak 70 juta produk dan menghapus 700.000 penjual karena berbagai pelanggaran kebijakan.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Sejak fitur e-commerce ini diuji di AS pada 2022, penipu yang cerdas masih berhasil menerobos filter untuk menjual barang-barang terlarang. Produk “duplikat” atau tiruan dari barang-barang terkenal juga masih menjadi masalah besar bagi aplikasi belanja sosial tersebut. (Mun)

TRENDING