Berita
Jadi Mata-mata China, Mantan Agen CIA Ditangkap karena
Amerika Serikat menuduh mantan perwira CIA, Alexander Yuk Ching Ma, menjual rahasia pertahanan kepada pemerintah China selama lebih dari satu dekade dalam kasus spionase yang terungkap di Hawaii, Senin (17/8). South China Morning Post melaporkan Ma adalah warga negara AS kelahiran Hong Kong. Dilansir dari CNN, Ma diduga menyerahkan informasi tentang personel CIA dan bidang […]
Amerika Serikat menuduh mantan perwira CIA, Alexander Yuk Ching Ma, menjual rahasia pertahanan kepada pemerintah China selama lebih dari satu dekade dalam kasus spionase yang terungkap di Hawaii, Senin (17/8).
South China Morning Post melaporkan Ma adalah warga negara AS kelahiran Hong Kong.
Dilansir dari CNN, Ma diduga menyerahkan informasi tentang personel CIA dan bidang perdagangan kepada intelijen China dan diberi imbalan puluhan ribu dolar.
Menurut dokumen pengadilan, kepada agen FBI yang menyamar sebagai perwira intelijen China, Ma mengatakan dia ingin “tanah air” berhasil. Pejabat senior AS menyebut Ma sebagai pengkhianat.
“Jejak spionase China panjang, dan sayangnya, dipenuhi oleh mantan perwira intelijen Amerika yang mengkhianati kolega mereka, negara mereka, dan nilai-nilai demokrasi liberalnya untuk mendukung rezim komunis otoriter,” ujar asisten jaksa agung untuk keamanan nasional, John Demers dalam sebuah pernyataan.
Ma yang ditangkap pada Jumat, didakwa dengan konspirasi karena mengkomunikasikan informasi pertahanan nasional untuk membantu pemerintah asing.
Dia dijadwalkan hadir pertama kali di pengadilan federal Hawaii pada Selasa.
Ma yang bertugas di CIA dari 1982 hingga 1989, mulai menjual rahasia pada 2001 dalam sebuah pertemuan tiga hari di kamar hotel di Hong Kong bersama lima pejabat dari badan intelijen China.
Menurut jaksa, pertemuan itu terekam dalam video, termasuk cuplikan ketika Ma menerima dan menghitung uang tunai senilai US$50 ribu atau sekitar Rp743 juta.
Belakangan, pihak berwenang mengatakan Ma mengambil pekerjaan sebagai ahli bahasa yang menerjemahkan dokumen dari bahasa Mandarin di kantor lapangan FBI di Honolulu “sebagai mekanisme untuk sekali lagi mendapatkan akses ke informasi pemerintah AS”.
Ma diduga membawa kamera digital ke kantor FBI untuk memotret dokumen sensitif yang selanjutnya akan dia serahkan ke pihak China.
Jaksa penuntut umum mengatakan, seorang mantan perwira CIA sekaligus kerabat Ma yang berusia 85 tahun juga bekerja sama dengan Ma untuk menjual rahasia kepada pihak China.
Namun menurut pernyataan tertulis yang diajukan dalam kasus itu, kerabat Ma tidak dituntut dikarenakan “menderita penyakit kognitif yang parah dan melemahkan”.
Dalam tiga tahun terakhir, Departemen Kehakiman telah membawa setidaknya tiga kasus kontra-intelijen lainnya terhadap mantan pejabat intelijen AS yang dituduh menjual rahasia kepada China.
Pada Juli lalu, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa “ancaman jangka panjang terbesar bagi informasi dan kekayaan intelektual bangsa kita, dan vitalitas ekonomi kita, adalah kontra-intelijen dan ancaman spionase ekonomi dari China”.
-
RIAU05/12/2025 17:00 WIBPolda Riau Kirim Bantuan Gelombang Keempat untuk Penanganan Bencana di Sumatera, 3.459 Alat Kerja dikirim ke Aceh dan Sumbar
-
EKBIS06/12/2025 09:30 WIBDaftar Harga Emas Antam 6 Desember 2025 per Gram dan Pecahan Lengkap
-
NUSANTARA05/12/2025 23:00 WIBMobil Travel Terguling di Bali, 13 Wisatawan China Terluka
-
NASIONAL05/12/2025 19:00 WIBDarurat Narkoba, DPR Minta Pemerintah Tak Ragu Eksekusi Bandar
-
OASE06/12/2025 05:00 WIBMakna Surat An-Najm dan Hubungannya dengan Peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW
-
OTOTEK05/12/2025 15:30 WIBMotul Jangkau Konsumen Pengguna Alfagift
-
JABODETABEK06/12/2025 05:30 WIBCuaca Jakarta Akhir Pekan: Hujan Merata di Selatan hingga Utara
-
JABODETABEK05/12/2025 22:02 WIBBanjir Rob Masih Genangi Pluit, Aktivitas Warga Terganggu

















