Berita
Polisi Thailand Ingin Tutup Facebook Pro Demokrasi
Polisi Thailand dilaporkan ingin menutup laman Facebook yang digunakan oleh pengunjuk rasa pro demokrasi menyebarkan informasi. Polisi juga dilaporkan hendak menutup empat media massa di sana. Melansir Bangkok Post, Senin (19/10) alasan polisi melakukan hal itu karena informasi dalam media-media tersebut dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional. Kepala Polisi Nasional Suwat Jangyodsuk pada hari Jumat […]
Polisi Thailand dilaporkan ingin menutup laman Facebook yang digunakan oleh pengunjuk rasa pro demokrasi menyebarkan informasi. Polisi juga dilaporkan hendak menutup empat media massa di sana.
Melansir Bangkok Post, Senin (19/10) alasan polisi melakukan hal itu karena informasi dalam media-media tersebut dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Kepala Polisi Nasional Suwat Jangyodsuk pada hari Jumat menandatangani perintah di bawah keputusan dekrit darurat terkait penutupan itu.
Perintah tersebut meminta Komisi Penyiaran dan Telekomunikasi Nasional dan Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital untuk melarang Voice TV, situs Prachathai.com, The Reporters dan The Standard, serta Free Youth (laman Facebook yang dikelola pengunjuk rasa).
The Reporters berbasis di Facebook, sementara The Standart merupakan media berbasis web, tetapi memiliki halaman Facebook. Begitu juga Voice TV.
Keputusan darurat yang diberlakukan sejak Kamis, mengizinkan pihak berwenang melarang media dan informasi lain yang dianggap mengancam keamanan nasional.
Langkah itu dilakukan ketika aksi unjuk rasa melawan pemerintah telah menyebar ke seluruh negeri, terutama setelah para pemimpin unjuk rasa ditangkap polisi di persimpangan Pathumwan pada hari Jumat lalu.
Lihat juga: Digoyang Aksi Demo, PM Thailand Menolak Mengundurkan Diri
Atas pembungkaman ini, Freen Youth dan sekutunya Front Bersatu untuk Thammasat dan Demonstrasi, telah meminta pengikut mereka pada hari Minggu untuk beralih dari halaman Facebook ke Telegram.
Pendiri The Reporters, berkata melalui akun Facebooknya bahwa kantor berita itu akan tetap berjalan meski ada ancaman penutupan.
Berbagai kalangan telah angkat suara soal protes yang terjadi di Thailand, salah satunya mantan Menteri Keuangan, Thirachai Phuvanatnaranubala.
Ia mengecam langkah polisi di akun Facebook-nya, dengan mengatakan negara itu bergerak mundur ke “kediktatoran penuh”. Ia pun bertanya-tanya apakah akun Facebook pribadi lain akan menjadi target berikutnya.
Demonstrasi besar-besaran telah terjadi di Thailand sejak beberapa bulan lalu. Para pengunjuk rasa menuduh Perdana Menteri Prayuth, membuat kekuasaan yang tidak adil karena undang-undang telah diubah untuk mendukung partai pro-militer.
-
POLITIK31/12/2025 07:00 WIBEmpat Partai Besar Dukung Pilkada Lewat DPRD, Dede Yusuf: Komisi II Belum Ada Pembahasan
-
OASE31/12/2025 05:00 WIBKeutamaan Surat Al Kautsar: Kunci Syukur di Balik Nikmat yang Tak Terhitung
-
NUSANTARA31/12/2025 06:30 WIBWNA Australia Tewas Saat Diving di Tulamben Bali Setelah Lepas Regulator di Kedalaman 15 Meter
-
RIAU31/12/2025 13:00 WIBKapolres Bengkalis Sampaikan Pengungkapan Kasus Sepanjang 2025
-
JABODETABEK31/12/2025 05:30 WIBMau Tahun Baruan di Luar? Simak Prakiraan Cuaca Jabodetabek Rabu 31 Desember
-
JABODETABEK31/12/2025 07:30 WIBMalam Tahun Baru 2026: LRT Jakarta Layani Penumpang Sampai Pukul 02.00 WIB
-
NASIONAL31/12/2025 10:00 WIBKasus CSR BI-OJK Meluas, KPK Dalami Dugaan Suap Rp 3 Miliar
-
POLITIK31/12/2025 06:00 WIBJeirry Sumampow: Pilkada Lewat DPRD Hanya Melokalisasi Politik Uang

















