Connect with us

DUNIA

Iran Ancam Balasan Mematikan terhadap AS dan Israel di Tengah Eskalasi Konflik

Aktualitas.id -

Presiden Iran Masoud Pezeshkian (Foto: Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA via Reuters)

AKTUALITAS.ID – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa negaranya tengah menghadapi apa yang ia sebut sebagai “perang skala penuh” yang dilancarkan oleh Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara Eropa. Dalam pernyataan terbarunya, Pezeshkian menjanjikan balasan dahsyat apabila tekanan dan serangan terhadap Iran terus berlanjut.

“Menurut pendapat saya, kita berada dalam perang skala penuh dengan Amerika, Israel, dan Eropa. Mereka tidak ingin negara kita berdiri sendiri,” ujar Pezeshkian dalam wawancara yang dipublikasikan di situs resmi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Sabtu (27/12/2025).

Pernyataan tersebut disampaikan menjelang pertemuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dijadwalkan berlangsung pada Senin. Situasi ini juga terjadi enam bulan setelah Israel dan AS melancarkan serangan terhadap Iran, serta menyusul langkah Prancis, Jerman, dan Inggris yang kembali menerapkan sanksi PBB terhadap Teheran pada September lalu terkait program nuklirnya.

Pezeshkian menegaskan bahwa kemampuan militer Iran justru semakin kuat meski berada di bawah tekanan internasional. “Pasukan militer kita melakukan tugasnya dengan kekuatan. Dalam hal peralatan dan tenaga kerja, terlepas dari berbagai masalah yang kita hadapi, mereka kini lebih kuat dibandingkan saat Israel dan AS menyerang,” katanya.

Ia memperingatkan bahwa setiap serangan lanjutan akan dibalas lebih keras. “Jika mereka ingin menyerang, tentu mereka akan menghadapi respons yang lebih tegas,” tegas Pezeshkian.

Presiden Iran juga membandingkan situasi saat ini dengan konflik masa lalu. Menurutnya, eskalasi yang terjadi jauh lebih kompleks dibandingkan Perang Iran-Irak 1980–1988. “Perang ini lebih buruk daripada perang Irak melawan kita. Jika kita memahaminya dengan baik, konflik ini jauh lebih rumit dan sulit,” ujarnya.

Amerika Serikat dan sekutunya selama ini menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang berulang kali dibantah Teheran. Ketegangan memuncak setelah Israel dan Iran terlibat dalam perang selama 12 hari pada Juni, yang dipicu serangan Israel terhadap situs militer dan nuklir Iran, termasuk wilayah sipil.

Menurut otoritas Iran, konflik tersebut menyebabkan lebih dari 1.000 korban jiwa. Amerika Serikat kemudian ikut bergabung dalam operasi Israel dengan membombardir tiga fasilitas nuklir Iran. Keterlibatan Washington menghentikan perundingan nuklir dengan Teheran yang sebelumnya dimulai pada April.

Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Presiden AS Donald Trump kembali mengaktifkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran. Kebijakan ini mencakup sanksi tambahan yang bertujuan melumpuhkan perekonomian Iran dan menekan pendapatan minyaknya di pasar global.

Laporan terbaru menyebutkan bahwa dalam pertemuannya dengan Trump di resor Mar-a-Lago, Florida, Netanyahu akan mendorong aksi militer lanjutan terhadap Iran, dengan fokus baru pada program rudal Teheran. Situasi ini memperkuat kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. (Mun)

TRENDING