Connect with us

EkBis

Rupiah Melemah Dipicu Penguatan Data Ekonomi AS

Published

on

Ilustrasi - Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta. (ANTARA FOTO)

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat (16/8/2024). Rupiah terdepresiasi sebesar 48 poin atau 0,31 persen, menjadi Rp15.748 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp15.700 per dolar AS.

Pelemahan ini dipicu oleh data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda penguatan, memicu kenaikan indeks dolar AS. “Indeks dolar AS rebound menyusul data ekonomi yang kuat yang mendukung perkiraan sikap yang tidak terlalu dovish dari Federal Reserve (Fed),” ujar Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Pada bulan Juli 2024, penjualan ritel AS meningkat sebesar satu persen secara month on month (mom), melampaui ekspektasi pasar yang hanya sebesar 0,3 persen mom. Peningkatan ini mencerminkan ketahanan konsumen AS di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Peningkatan penjualan terbesar terjadi pada sektor kendaraan bermotor dan suku cadang, yang menjadi penopang utama angka positif tersebut.

Selain itu, klaim pengangguran (Initial Jobless Claims) di AS juga menunjukkan penurunan selama dua pekan berturut-turut pada pertengahan Agustus. Data terbaru menunjukkan penurunan sebesar 7 ribu klaim menjadi 227 ribu pada pekan yang berakhir 10 Agustus 2024, jauh dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan kenaikan menjadi 235 ribu. Hal ini semakin menguatkan kepercayaan bahwa pasar tenaga kerja AS masih kuat, meredakan kekhawatiran akan pelemahan ekonomi.

Situasi ini telah mendorong para investor untuk memprediksi bahwa Fed kemungkinan akan hanya menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan September mendatang, berbeda dari ekspektasi sebelumnya yang memprediksi pemotongan sebesar 50 bps.

Namun, penguatan dolar AS dibatasi oleh pertumbuhan ekonomi yang solid dari Jepang dan Inggris, yang turut mempengaruhi sentimen global. Sementara itu, pelemahan rupiah juga terdampak oleh sentimen risk-off dari Tiongkok, di mana data ekonomi yang menunjukkan perlambatan ekonomi menambah tekanan pada mata uang Asia, termasuk rupiah.

Di dalam negeri, surplus perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mengalami penurunan signifikan menjadi 0,47 miliar dolar AS dari sebelumnya 2,39 miliar dolar AS pada Juni 2024. Ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2023, terutama disebabkan oleh lonjakan impor di berbagai kategori.

Dengan berbagai faktor ini, Josua Pardede memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di rentang Rp15.675 hingga Rp15.800 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Kendati demikian, volatilitas pasar diperkirakan masih akan berlanjut hingga ada kepastian dari kebijakan suku bunga Fed pada bulan September mendatang. (NAUFAL/RAFI)

Trending

Exit mobile version