Connect with us

OASE

Bukan Hanya Sekadar Kitab, Al-Quran adalah Mukjizat Akal Nabi Muhammad yang Tak Lekang Waktu

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Foto:Ist

AKTUALITAS.ID – Umat Islam meyakini Nabi Muhammad SAW memiliki mukjizat yang luar biasa, yaitu Al-Quran. Namun, tak jarang muncul pertanyaan, mengapa mukjizat Rasulullah SAW hanya berupa kitab yang dibaca, bukan mukjizat fisik yang mengagumkan seperti tongkat Nabi Musa atau kemampuan menyembuhkan penyakit seperti Nabi Isa?

Pertanyaan ini ternyata sudah lama menjadi perenungan. Dalam Tafsir Al-Azhar, ulama ahli tafsir dan sastrawan ternama, Buya Hamka, memberikan penjelasan yang mendalam terkait hal ini.

Buya Hamka mengungkapkan bahwa pertanyaan serupa juga pernah diajukan oleh kaum musyrikin di Mekkah yang meminta Nabi Muhammad SAW menunjukkan mukjizat yang kasat mata, seperti mengubah Bukit Shafa menjadi emas. Namun, Allah SWT tidak mengabulkan permintaan tersebut, karena menganggap mukjizat Al-Quran jauh lebih utama.

Meskipun terdapat riwayat hadits sahih yang menceritakan mukjizat-mukjizat fisik yang pernah diperlihatkan Nabi Muhammad SAW, seperti keluarnya air dari ember kecil yang cukup untuk 1.200 orang atau hujan lebat yang hanya mengguyur area perkemahan tentara Islam, Buya Hamka menegaskan bahwa mukjizat utama dan yang digunakan Nabi untuk menjawab tantangan kaum musyrikin adalah Al-Quran.

Lebih lanjut, Buya Hamka menjelaskan mukjizat seorang nabi selalu disesuaikan dengan zamannya dan risalah yang dibawanya. Karena risalah Nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang kekal dan berlaku untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, maka mukjizatnya pun harus bersifat kekal dan universal.

“Mukjizat itu tidak akan kekal, kalau mukjizat itu hanya merupakan suatu kejadian yang dapat dilihat mata di suatu masa,” tulis Buya Hamka dalam tafsirnya. Ia mencontohkan bagaimana mukjizat fisik seperti membelah laut atau menyembuhkan penyakit, seiring berjalannya waktu dan kemajuan ilmu pengetahuan, bisa saja mendapatkan penjelasan rasional atau bahkan ditandingi oleh kemampuan manusia.

Oleh karena itu, Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Muhammad SAW bukan dalam bentuk fisik (hissi) yang hanya bisa disaksikan oleh orang-orang pada zamannya, melainkan mukjizat maknawi yang dapat dihayati dengan hati dan akal. Al-Quran adalah mukjizat yang akan terus relevan dan semakin dalam maknanya seiring dengan perkembangan pemikiran manusia.

Buya Hamka menyimpulkan dahulu, mukjizat diperuntukkan untuk dilihat mata, namun di era modern ini, mukjizat Al-Quran hadir untuk direnungkan oleh akal seluruh umat manusia dari generasi ke generasi. Dengan demikian, Al-Quran menjadi bukti kenabian Muhammad SAW yang abadi dan tak terbantahkan. (Mun/Yan Kusuma)

TRENDING